Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menghargai Perjuangan Petani, Hari Krida Pertanian, dan Tantangan Sektor Pertanian di Indonesia

21 Juni 2024   01:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   04:04 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh tani mulai kembali menanam bibit padi untuk memasuki musim tanam pertama di sekitar Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (2/11). (KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Menghargai Perjuangan Petani: Hari Krida Pertanian dan Tantangan Sektor Pertanian di Indonesia

Para petani serta peternak adalah pahlawan yang berkontribusi besar bagi perekonomian dan kehidupan bangsa. Hal ini selain karena jumlah petani dan peternak di Indonesia yang relatif tinggi, dengan sekitar 40% dari total angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian dan peternakan, juga karena peran vital mereka dalam menyediakan kebutuhan dasar seperti pangan dan produk peternakan yang menjadi sumber gizi bagi masyarakat.

Di Indonesia jumlah petani pengguna lahan pertanian sebanyak 27.799.280 petani, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia sebanyak 28.419.398 rumah tangga (https://sensus.bps.go.id, 2023). 

Peran petani dan peternak yang cukup vital dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan membantu menjaga stabilitas ekonomi melalui produksi domestik yang mengurangi ketergantungan pada impor. Selain itu kontribusi mereka juga dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan memelihara keanekaragaman hayati. 

Sektor pertanian dan peternakan menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini memberikan pendapatan bagi keluarga dan komunitas pedesaan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan di daerah-daerah yang sering kali tidak terjangkau oleh industri lainnya.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa, pada triwulan ketiga tahun 2023, sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,46% (year-on-year), memberikan kontribusi sebesar 13,57% terhadap PDB. Selain itu, sektor ini juga menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (https://sensus.bps.go.id, 2023).

Karena itulah pengakuan dan dukungan terhadap petani dan peternak sangat penting. Dengan menghargai dan memberdayakan para petani dan peternak, kita tidak hanya mendukung perekonomian, tetapi juga memastikan kesejahteraan seluruh warga bangsa.

Salah satu bentuk penghargaan bagi petani dan peternak adalah dengan diperingatinya Hari Krida Pertanian setiap tanggal 21 Juni. Peringatan ini merupakan bentuk penghormatan bagi para pelaku di bidang pertanian dan peternakan di Indonesia.

Kata "Krida" dalam Hari Krida Pertanian berarti "olah", "perbuatan", atau "tindakan". Dengan demikian, Hari Krida Pertanian merupakan penghargaan atas tindakan dan dedikasi para petani serta peternak yang berkontribusi besar bagi perekonomian dan kehidupan bangsa.

Hari Krida Pertanian pertama kali diadakan pada tahun 1972. Tanggal 21 Juni dipilih berdasarkan sistem penanggalan tradisional yang dikenal sebagai Pranata Mangsa.

Pranata Mangsa adalah sistem penanggalan yang erat kaitannya dengan aktivitas pertanian dan peternakan seperti bercocok tanam dan penangkapan ikan. Tanggal ini menandai awal musim pertama dari siklus 12 musim yang ada dalam Pranata Mangsa, menandakan permulaan aktivitas pertanian yang baru.

Sumber Gambar: Human Kementan via Kompas.com
Sumber Gambar: Human Kementan via Kompas.com

Tantangan dan Kemiskinan Petani

Meskipun sektor pertanian berkontribusi besar terhadap perekonomian, jumlah petani di Indonesia terus menurun secara signifikan. Pada tahun 2023, jumlah unit pertanian tercatat sebanyak 29,36 juta, menunjukkan penurunan sebesar 7,42% dari tahun sebelumnya. Kemiskinan masih menjadi masalah utama yang dihadapi oleh para petani. 

Sebanyak 17,28 juta petani hidup dalam kemiskinan, dengan persentase kemiskinan mencapai 12,22%. Tingginya tingkat kemiskinan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rendahnya harga jual hasil pertanian dan kondisi rantai distribusi yang kurang menguntungkan bagi petani.

Kemiskinan petani di Indonesia merupakan masalah klasik yang terus melanda. Meski Indonesia dikenal sebagai negara agraris, banyak petani yang hidup dalam kemiskinan karena keterbatasan sumber daya alam, infrastruktur yang kurang memadai, pendidikan yang rendah, serta akses yang terbatas ke layanan pertanian. 

Misalnya, lahan pertanian yang gersang dan tandus, serta musim yang tidak menentu, seringkali menjadi kendala besar bagi petani untuk meningkatkan produktivitas mereka. Selain itu, sistem pengairan yang masih bersifat tadah hujan serta kurangnya sarana pendukung lainnya juga memperburuk situasi.

Pendidikan dan Keterampilan Petani

Tingkat pendidikan petani Indonesia masih sangat rendah. Hampir 75% tenaga kerja di sektor pertanian hanya berpendidikan hingga sekolah dasar (SD). Petani yang lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya sekitar 17%, sementara mereka yang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) berjumlah di bawah 15%. 

Petani yang memiliki pendidikan tinggi hanya kurang dari 2%. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa mayoritas petani Indonesia merupakan lulusan SD, bahkan banyak yang tidak tamat SD atau tidak bersekolah sama sekali.

Tingkat pendidikan yang rendah ini menyulitkan petani untuk mengadopsi teknologi dan praktik pertanian modern yang dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka. 

Keterbatasan pendidikan juga membuat petani sulit untuk mengakses informasi dan layanan yang dapat membantu mereka meningkatkan hasil pertanian. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan petani sangat penting untuk mengatasi masalah kemiskinan di sektor ini.

Upaya Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, upaya ini belum memberikan hasil yang signifikan dalam mengeluarkan petani dari jerat kemiskinan. 

Salah satu masalah utama adalah rantai distribusi komoditas pangan yang cenderung oligopsoni dan oligopoli, di mana beberapa pembeli besar mengendalikan harga dan membuat petani tidak mendapatkan keuntungan yang layak meskipun hasil produksi melimpah.

Keterbatasan infrastruktur, seperti sistem irigasi dan transportasi, juga menjadi hambatan besar dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Selain itu, keterbatasan akses ke layanan pertanian, seperti penyuluhan, bantuan pupuk dan benih, serta pelatihan di bidang pertanian, juga menghambat upaya pengentasan kemiskinan di sektor ini.

Masa Depan Sektor Pertanian: Regenerasi dan Pendidikan Petani

Untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi kemiskinan, perlu ada upaya serius dalam regenerasi sumber daya manusia (SDM) di sektor pertanian. 

Kementerian Pertanian perlu memperluas akses pendidikan dan pelatihan bagi petani, termasuk pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan petani tidak hanya diukur dari pendidikan formal, tetapi juga dari pengalaman dan praktik langsung di lapangan.

Pendekatan teoretis harus diselaraskan dengan praktik di lapangan agar petani dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka secara efektif. Selain itu, pemerintah perlu mendorong penerapan teknologi pertanian modern yang dapat membantu petani meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka.

Masa depan sektor pertanian di Indonesia sangat tergantung pada upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan yang ada. Meningkatkan pendidikan dan keterampilan petani, memperbaiki infrastruktur, dan menciptakan sistem distribusi yang adil adalah beberapa langkah penting yang perlu diambil. Selain itu, diperlukan kebijakan yang mendukung inovasi dan penerapan teknologi dalam pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

Hari Krida Pertanian tidak hanya menjadi momen untuk menghargai perjuangan para petani, tetapi juga untuk merenungkan tantangan yang mereka hadapi dan mencari solusi untuk mengatasi masalah yang ada. 

Dengan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya, sektor pertanian di Indonesia dapat berkembang lebih baik dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun