Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Hujan Bulan Juni dan Longsor di Ende NTT: Tragedi dan Tantangan

8 Juni 2024   12:35 Diperbarui: 9 Juni 2024   14:30 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga bersama aparat kepolisian mengevakuasi korban tertimbun longsor di Kabupaten Ende, Jumat (7/6/2024) | Dok. Polres Ende via Kompas.com

Pada tanggal 6 Juni 2024, Ende, sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, diguncang oleh bencana longsor yang mengakibatkan korban jiwa dan mengganggu aktivitas sehari-hari warga. 

Hujan lebat yang mengguyur wilayah ini selama beberapa hari berturut-turut memicu tanah longsor di dua lokasi utama: Kelurahan Rewarangga Selatan di Kecamatan Ende Timur dan Km 69 di Desa Bokasape Timur, Kecamatan Wolowaru. 

Akibatnya, empat orang meninggal dunia, termasuk seorang balita, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat setempat.

Tragedi longsor ini membawa duka mendalam bagi masyarakat Ende. Empat nyawa melayang, termasuk seorang balita yang ditemukan tewas tertimbun material longsor. 

Kehilangan ini tentu saja mengguncang masyarakat Ende, mengingat bencana alam seperti ini sering datang tanpa peringatan yang memadai, memberikan dampak tragis bagi keluarga korban. 


Berbagai sumber berita mengonfirmasi jumlah korban yang sama, menandakan bahwa longsor ini merupakan salah satu bencana terburuk yang pernah terjadi di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Kisah pilu ini mengingatkan kita akan kerapuhan hidup di tengah kekuatan alam yang tak terduga.

Selain itu, longsor juga terjadi di beberapa titik dengan dampak yang sangat signifikan di Kelurahan Rewarangga Selatan dan Km 69 Desa Bokasape Timur. Di Kelurahan Rewarangga Selatan, Kecamatan Ende Timur, longsor menyebabkan kerusakan parah pada beberapa rumah warga, mengakibatkan tertimbunnya satu keluarga. 

Sedangkan di Km 69, Desa Bokasape Timur, Kecamatan Wolowaru, longsor ini merupakan titik terparah di ruas jalan Trans Flores Maumere-Ende. Longsor tersebut memutus akses jalan Trans Flores total, yang berdampak pada terhambatnya aktivitas di tujuh kabupaten di Flores. 

Longsor di lokasi ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa tetapi juga menghancurkan infrastruktur vital, memutus jalur transportasi utama yang menghubungkan berbagai daerah di Flores.

Kondisi Jalan Trans Flores

Jalan Trans Flores merupakan jalur transportasi utama yang menghubungkan beberapa kabupaten di Flores, termasuk Ende. Longsor di Km 69 mengakibatkan jalan ini tidak dapat dilalui, menghambat aktivitas ekonomi dan mobilitas warga. 

Terputusnya akses ini dirasakan oleh banyak pihak, mulai dari distribusi barang kebutuhan pokok hingga layanan darurat yang mengalami kendala dalam menjangkau daerah terdampak. 

Bencana Tanah Longsor di Flores-NTT | Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi
Bencana Tanah Longsor di Flores-NTT | Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Kejadian ini menyoroti pentingnya infrastruktur yang tangguh dan sistem peringatan dini yang lebih baik untuk mencegah dampak lebih parah di masa depan. 

Longsor yang memutus akses jalan utama ini menunjukkan betapa krusialnya infrastruktur transportasi yang aman dan andal untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Intensitas hujan yang tinggi menjadi penyebab utama longsor di Ende. Curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat membuat tanah di daerah tersebut menjadi tidak stabil, memicu longsor di beberapa titik. 

Kondisi geografis Ende yang berbukit-bukit juga menambah risiko longsor, terutama di daerah-daerah yang tidak memiliki sistem drainase yang baik. Bencana ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan melakukan penataan ruang yang sesuai untuk mengurangi risiko bencana alam seperti longsor. Pengelolaan lingkungan yang buruk, seperti penebangan hutan yang tidak terkendali dan kurangnya upaya konservasi tanah, turut memperparah risiko terjadinya longsor.

Respon dan Penanganan

Pasca longsor, pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera turun tangan untuk melakukan evakuasi dan memberikan bantuan kepada korban terdampak. Tim SAR dikerahkan untuk mencari dan menyelamatkan korban yang masih tertimbun longsor. 

Bantuan logistik seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan juga segera dikirimkan ke lokasi bencana. Upaya penanganan ini menunjukkan respons cepat dari pihak berwenang, meskipun tantangan di lapangan tetap besar karena akses yang terputus dan kondisi cuaca yang tidak menentu. 

Tim penyelamat harus bekerja ekstra keras dalam kondisi medan yang sulit dan cuaca yang tidak bersahabat, menggambarkan betapa kompleksnya penanganan bencana alam di daerah terpencil.

Tantangan dan Pelajaran

Bencana longsor di Ende membawa berbagai tantangan bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Salah satu tantangan utama adalah pemulihan infrastruktur, terutama jalan Trans Flores yang menjadi urat nadi perekonomian di wilayah tersebut. 

Selain itu, perlu ada upaya yang lebih serius dalam mitigasi bencana, termasuk peningkatan sistem peringatan dini, penataan ruang yang lebih baik, dan edukasi masyarakat mengenai risiko bencana dan langkah-langkah mitigasinya. Mitigasi bencana harus menjadi prioritas dengan fokus pada pembangunan infrastruktur yang tahan bencana dan program edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Pelajaran penting yang bisa diambil dari bencana ini adalah pentingnya kesiapsiagaan dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait dalam menghadapi bencana. 

Dengan demikian, diharapkan dampak dari bencana serupa di masa depan dapat diminimalisir. Upaya mitigasi harus menjadi prioritas, termasuk pembangunan infrastruktur yang tahan bencana dan program edukasi yang terus menerus bagi masyarakat.

Kesimpulan

Longsor di Ende, Nusa Tenggara Timur, adalah tragedi yang mengingatkan kita akan kerentanan daerah-daerah tertentu terhadap bencana alam. Korban jiwa dan kerugian materi yang ditimbulkan menunjukkan betapa pentingnya upaya mitigasi bencana yang berkelanjutan. 

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana, sehingga dapat mengurangi risiko dan dampak yang ditimbulkan. 

Tragedi ini juga menjadi panggilan bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan aspek lingkungan dan tata ruang dalam pembangunan daerah, demi menciptakan masyarakat yang lebih tangguh terhadap bencana.

Dengan demikian, diharapkan bencana serupa tidak akan lagi menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang besar di masa mendatang. Pemerintah daerah dan masyarakat Ende harus terus bekerja sama untuk memulihkan kondisi pasca bencana dan membangun kembali dengan lebih baik, lebih kuat, dan lebih tangguh. 

Langkah-langkah preventif dan kesiapsiagaan harus terus ditingkatkan, sehingga kejadian tragis seperti ini tidak terulang kembali di masa depan. Ende harus menjadi contoh bagaimana kolaborasi dan kesiapan dapat menyelamatkan nyawa dan melindungi kesejahteraan masyarakat dari ancaman bencana alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun