Selain itu, gaya bahasa dan imaji yang digunakan oleh Joko Pinurbo dalam puisi ini sangatlah kuat dan memukau. Penyair menggunakan bahasa yang indah dan puitis, dengan penggunaan metafora yang kaya untuk menggambarkan perasaan dan pikiran pesolek.
Contohnya, dalam baris "nyalakan lanskap pada alisku yang gelap", Penyair berhasil menggambarkan permohonan pesolek akan cahaya dan kecerahan dalam hidupnya.Â
Demikian pula, imaji bulan yang "dicedokkan" ke dalam lubuk mata dan warna hitam yang "taburkan" pada rambut menambahkan kedalaman dalam penggambaran kecantikan dan kerentanan.
Selain itu, puisi ini juga menggambarkan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Pesolek dalam puisi ini mencari dukungan dari Tuhan untuk mempertahankan kecantikannya, namun ada ironi dalam upayanya.Â
Meskipun ia berdoa kepada Tuhan agar kecantikannya tetap abadi, ia menyadari bahwa kecantikan yang dicari bisa saja menjadi sesuatu yang sementara dan tidak berarti dalam pandangan Tuhan.
Hal ini menggambarkan konflik antara keinginan manusia akan kecantikan yang materialistik dan pencarian akan makna yang lebih dalam dalam hubungan dengan Tuhan.
"Doa Seorang Pesolek" merupakan sebuah puisi yang menyentuh banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari kecantikan hingga kehampaan dan kerentanan, menggambarkan kompleksitas dalam pencarian akan keabadian dan hubungan manusia dengan Tuhan.Â
Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan tentang makna sejati dari kecantikan dan nilai-nilai yang lebih dalam dalam hidup.Â
Demikian "Doa Seorang Pesolek" sebuah cermin bagi kehidupan manusia itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H