Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Fenomena Childfree dan Childless: Pilihan, Dampak, dan Kebijakan yang Diperlukan

27 April 2024   00:53 Diperbarui: 27 April 2024   00:58 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.bbc.com

Memahami Fenomena Childfree dan Childless: Pilihan, Dampak, dan Kebijakan yang Diperlukan 

Hen Ajo Leda, Pengajar Studi Kependudukan (STPM St.Ursula)

Dalam kajian demografi kependudukan dikenal istilah "childfree" dan "childless". Kedua istilah tersebut sering digunakan secara bergantian, tetapi keduanya mewakili realitas demografi kependudukan yang berbeda. 

Childfree adalah istilah yang mengacu pada individu atau pasangan yang secara sadar dan dengan sengaja memilih untuk tidak memiliki anak. Ini adalah keputusan yang dibuat atas dasar preferensi pribadi, di mana individu memilih untuk fokus pada karir, hubungan, atau gaya hidup alternatif tanpa tanggung jawab orangtua.

Sedangkan Childless mengacu pada individu atau pasangan yang tidak memiliki anak, namun tidak secara aktif memilih untuk tidak memiliki anak. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk masalah kesehatan, kesulitan dalam kehamilan, atau ketidakmampuan untuk mengadopsi anak. Dalam beberapa kasus, individu mungkin mengalami ketidaksuburan atau belum menemukan pasangan hidup yang cocok untuk memulai keluarga.

Jadi, perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa childfree adalah pilihan yang disengaja, sementara childless sering kali merupakan kondisi yang tidak dipilih atau diinginkan. 

Faktor Demografi dan Faktor Non-Demografi dalam Childfree dan Childless

Pilihan untuk memiliki anak atau tidak merupakan keputusan yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor demografi dan non-demografi. Faktor-faktor ini mencakup aspek-aspek seperti usia, ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebijakan, dan lainnya. Ketika pasangan suami istri memutuskan untuk tidak memiliki anak karena alasan-alasan ini, maka fenomena childfree dan childless akan muncul.

Faktor Demografi

Faktor demografi mencakup karakteristik populasi yang dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Beberapa faktor demografi yang memainkan peran penting dalam keputusan ini antara lain:

  • Struktur Umur: Struktur umur populasi memainkan peran penting dalam keputusan untuk memiliki anak. Di negara-negara dengan struktur umur yang lebih tua, seperti Jepang, keputusan untuk tidak memiliki anak lebih umum karena pasangan cenderung menunda atau tidak memiliki anak sama sekali.
  • Struktur Perkawinan: Pola perkawinan dalam masyarakat juga memengaruhi keputusan memiliki anak. Di negara-negara dengan tingkat pernikahan yang rendah atau tren penundaan pernikahan, seperti di beberapa negara Eropa, fenomena childfree lebih umum terjadi.
  • Umur Kawin: Usia saat menikah dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Pasangan yang menikah pada usia yang lebih muda mungkin lebih cenderung memiliki anak lebih awal dalam pernikahan mereka, sementara pasangan yang menikah pada usia yang lebih tua mungkin memutuskan untuk menunda atau tidak memiliki anak sama sekali. 
  • Disrupsi Perkawinan: Faktor-faktor seperti perceraian atau pemisahan dapat mengubah rencana keluarga pasangan suami istri. Disrupsi perkawinan dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak, baik secara langsung maupun karena pertimbangan baru yang muncul setelah peristiwa tersebut.

Faktor Non-Demografi

  • Faktor Ekonomi: Kondisi ekonomi individu atau pasangan dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk merencanakan keluarga. Pasangan yang menghadapi ketidakstabilan finansial atau beban hutang yang tinggi mungkin memutuskan untuk menunda atau tidak memiliki anak.
  • Kesehatan: Masalah kesehatan, termasuk masalah kesuburan, gangguan reproduksi, atau kondisi kesehatan mental, dapat menjadi hambatan dalam merencanakan keluarga.
  • Pendidikan: Tingkat pendidikan juga memainkan peran dalam keputusan untuk memiliki anak. Individu dengan pendidikan yang lebih tinggi mungkin lebih cenderung menunda memiliki anak untuk mengejar karir atau menyelesaikan pendidikan mereka terlebih dahulu.
  • Kebijakan: Kebijakan pemerintah, seperti dukungan untuk orangtua seperti cuti orangtua yang layak atau akses terhadap layanan kesehatan reproduksi, dapat memengaruhi keputusan pasangan suami istri untuk memiliki anak.
  • Urbanisasi dan Industrialisasi: Perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat urban dan industrial dapat memengaruhi keputusan untuk memiliki anak. Di daerah perkotaan yang lebih padat, biaya hidup yang tinggi dan tekanan sosial dapat membuat pasangan lebih cenderung memilih untuk tidak memiliki anak atau menunda keputusan tersebut.
  • Pertumbuhan industri dan perubahan ekonomi dapat menyebabkan perubahan pola pikir tentang keluarga. Pasangan yang bekerja di sektor industri mungkin menghadapi tekanan waktu dan finansial yang membuat mereka memilih untuk tidak memiliki anak.

Dampak Childfree dan Childless terhadap Pertumbuhan Penduduk dan Bonus Demografi

Fenomena childfree dan childless memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan penduduk dan bonus demografi suatu negara. Ketika semakin banyak pasangan memilih untuk tidak memiliki anak atau mengalami kesulitan dalam memiliki anak, ini dapat mempengaruhi struktur demografi serta kebijakan pemerintah terkait pertumbuhan populasi dan bonus demografi.

  • Menurunnya Tingkat Kelahiran: Pasangan childfree secara langsung mempengaruhi tingkat kelahiran negara tersebut dengan tidak memiliki anak. Hal ini dapat menyebabkan penurunan drastis dalam tingkat kelahiran, terutama di negara-negara yang memiliki populasi childfree yang signifikan.

  • Penuaan Penduduk: Karena rendahnya tingkat kelahiran, populasi akan menuju ke arah penuaan yang lebih cepat. Ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada sistem kesehatan dan pensiun, serta mempengaruhi struktur ekonomi dan sosial negara tersebut.

  • Potensi Beban Ekonomi: Kurangnya pertumbuhan populasi dapat mengakibatkan masalah ekonomi jangka panjang, seperti ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja, serta tekanan pada sistem pensiun dan layanan kesehatan.

Dampak Terhadap Bonus Demografi:

  • Pertumbuhan Penduduk yang Tidak Seimbang: Fenomena childfree dan childless dapat menyebabkan pertumbuhan populasi yang tidak seimbang antara generasi yang lebih tua dan yang lebih muda. Ini dapat mengurangi bonus demografi yang dicapai saat populasi produktif mencapai puncaknya.

  • Peningkatan Beban Finansial: Ketergantungan yang meningkat pada populasi yang lebih tua tanpa cukup populasi yang produktif dapat menempatkan beban finansial yang besar pada generasi yang lebih muda. Ini dapat mempengaruhi pembayaran pajak, sistem pensiun, dan pelayanan kesehatan.

  • Dampak pada Ekonomi: Bonus demografi yang kurang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kekurangan tenaga kerja produktif dapat mengurangi inovasi, produktivitas, dan daya saing ekonomi secara keseluruhan.

Dengan demikian, fenomena childfree dan childless selanjutnya memiliki dampak yang kompleks terhadap pembangunan nasional, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memahami dampak-dampak ini dan mengembangkan kebijakan yang dapat mengatasi tantangan yang muncul, serta mendukung individu dan pasangan dalam membuat pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

Solusi dan Rekomendasi Kebijakan terhadap Fenomena Childfree dan Childless

Untuk mengatasi tantangan yang timbul dari fenomena childfree dan childless serta memaksimalkan potensi positifnya, perlu adanya solusi dan kebijakan yang tepat. Berikut adalah beberapa rekomendasi kebijakan:

  • Subsidi Perawatan Anak: Pemerintah dapat memberikan subsidi perawatan anak untuk membantu meringankan beban biaya yang ditanggung orangtua. Ini dapat mencakup bantuan keuangan langsung atau kredit pajak untuk biaya perawatan anak.

  • Cuti Orangtua yang Layak: Kebijakan cuti orangtua yang layak dapat memberikan kesempatan bagi kedua orangtua untuk mengambil cuti yang memadai setelah kelahiran anak. Ini memungkinkan mereka untuk fokus pada perawatan anak dan memfasilitasi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

  • Insentif Keuangan: Pemerintah dapat memberikan insentif keuangan kepada pasangan yang memiliki anak, seperti kredit pajak atau bantuan perumahan. Ini dapat membantu mengurangi beban keuangan dalam merawat anak dan mendorong kelahiran.

  • Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan yang Ramah Keluarga: Investasi dalam fasilitas pendidikan dan kesehatan yang ramah keluarga dapat membantu mendukung keluarga dalam merawat anak-anak mereka. Ini termasuk penyediaan pusat perawatan anak di tempat kerja, layanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan akses mudah ke tempat penitipan anak.

  • Akses Terhadap Perawatan Kesuburan: Pemerintah harus memastikan bahwa semua individu memiliki akses yang merata terhadap perawatan kesuburan, termasuk pemeriksaan dan pengobatan yang diperlukan untuk mengatasi masalah kesuburan.

Melalui implementasi kebijakan, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi pasangan untuk membuat pilihan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka, serta mengatasi tantangan yang mungkin mereka hadapi. Dengan demikian, negara dapat meraih keberlanjutan demografi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun