Fenomena penurunan angka kesuburan total (Total Fertility Rate/TFR) dan jumlah pernikahan telah menjadi perhatian utama, mengancam bonus demografi yang diharapkan dan cita-cita mencapai status "Indonesia Emas".
Bonus demografi adalah fenomena ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada jumlah penduduk yang bergantung pada mereka (anak-anak dan orang tua). Kondisi ini memberikan kesempatan besar bagi pertumbuhan ekonomi karena lebih banyak anggota tenaga kerja yang dapat meningkatkan produktivitas dan kontribusi ekonomi negara.
Namun, data menunjukkan bahwa Indonesia telah mengalami penurunan signifikan dalam TFR, dari 2,4 hingga 2,7 menjadi 2,1 dalam sepuluh tahun terakhir. Hal ini menandakan bahwa kita mungkin tidak akan dapat memanfaatkan bonus demografi sepenuhnya.
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab penurunan TFR antara lain:
Urbanisasi: Migrasi dari pedesaan ke perkotaan mengubah pola hidup masyarakat. Di perkotaan, biaya hidup yang lebih tinggi dan ruang yang lebih terbatas dapat mendorong pasangan untuk memiliki jumlah anak yang lebih sedikit.
Pendidikan: Pendidikan yang lebih tinggi sering kali berhubungan dengan penundaan pernikahan dan kehamilan. Wanita yang mendapatkan pendidikan tinggi cenderung mengejar karier dan memprioritaskan kemandirian finansial sebelum memutuskan untuk memiliki anak.
Akses terhadap Layanan Kesehatan Reproduksi: Meskipun akses terhadap layanan kesehatan di Indonesia meningkat, masih ada tantangan dalam menyediakan layanan reproduksi yang terjangkau dan berkualitas, terutama di daerah pedesaan.
Pengaruh Media Sosial: Perubahan budaya dan pengaruh media sosial turut memengaruhi persepsi masyarakat tentang keluarga dan keinginan untuk memiliki anak.
Tantangan Menuju Indonesia Emas
Visi "Indonesia Emas" menggambarkan cita-cita untuk menjadi negara maju yang berdaulat, adil, dan makmur. Namun, tantangan dalam mencapai visi ini semakin terasa karena permasalahan dalam bidang fertilitas dan kependudukan:
Pembangunan Manusia: Untuk mencapai Indonesia Emas, diperlukan pembangunan manusia yang tangguh, yang melibatkan aspek kesehatan, pendidikan, dan kualitas hidup. Namun, penurunan fertilitas dapat menghambat upaya ini dengan menurunkan jumlah anak yang memasuki sistem pendidikan dan tenaga kerja.