Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pada Mulanya adalah Buku: Memperingati Hari Buku Sedunia dan Tantangan Literasi di Indonesia

23 April 2024   21:25 Diperbarui: 23 April 2024   21:29 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.detik.com/

Peringatan hari buku sedunia atau World Book Day setiap tanggal 23 April menjadi momen yang penting bagi para pecinta literasi di seluruh dunia.

Sebagian besar dari kita tentu menyadari betapa pentingnya peringatan ini, bahwa Hari Buku Sedunia memiliki makna yang dalam dan berbagai dampak yang meluas bagi kemanuan peradaban masyarakat.

Dikutip dari berbagai sumber, Hari Buku Sedunia ditetapkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) pada tanggal 23 April 1995 di Catalunya, Spanyol.

Tanggal 23 April dipilih sebagai Hari Buku Sedunia untuk memperingati beberapa tokoh sastra besar yang lahir atau meninggal pada hari itu.

Salah satu tokoh yang paling terkenal adalah William Shakespeare, seorang ikon sastra Inggris, yang dikenal dengan karyanya yang tak ternilai harganya, yang meninggal dunia pada tanggal 23 April 1616.

Selain Shakespeare, tokoh-tokoh penulis lain seperti Inca Garcilaso de La Vega, Josep Pla, Maurice Druon, Manuel Mejia Vallejo, Halldor Laxness, Miguel de Cervantes dan Vladimir Nabokov (https://www.detik.com/, 23 April 2024).

Oleh karena itu, pada tahun 1995, UNESCO menetapkan Hari Buku Sedunia pada tanggal 23 April, sebagai peringatan atas hari kelahiran atau kematian tokoh-tokoh penulis tersebut.

Buku Adalah Jendela Dunia

Pepatah klasik mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Buku membawa pengetahuan, imajinasi, dan inspirasi kepada pembacanya. Karenanya peringatan Hari Buku Sedunia bukan hanya tentang mengenang tokoh-tokoh besar, tetapi juga tentang menghargai kekuatan dan pentingnya buku dalam kehidupan kita.

Buku adalah jendela yang membuka pandangan kita ke dunia yang lebih luas. Ketika membuka halaman pertama sebuah buku, kita memasuki dunia baru yang dipenuhi dengan karakter yang hidup, tempat yang eksotis, dan petualangan yang menakjubkan.

Saat itu juga, kita menghadapi konsep-konsep baru, pandangan yang berbeda, dan ide-ide yang menginspirasi. Melalui buku, kita dapat belajar tentang sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, dan bahkan memahami emosi manusia yang kompleks.

Salah satu alasan mengapa Hari Buku Sedunia penting adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi. 

Literasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan modern. Melalui membaca, seseorang tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, imajinasi, dan empati.

Di banyak negara, peringatan ini menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca di kalangan anak-anak dan remaja.

Program-program literasi sering diadakan di sekolah-sekolah, perpustakaan, dan pusat-pusat komunitas untuk mendorong minat baca di kalangan generasi muda. Dengan membaca, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses di sekolah dan di kehidupan mereka kelak.

Peringatan Hari Buku Sedunia memberikan kesempatan untuk memperjuangkan hak setiap orang untuk memiliki akses terhadap buku dan pendidikan.

Peringatan Hari Buku Sedunia juga memberikan kesempatan bagi para pelaku industri penerbitan dan penulis untuk mempromosikan karya-karya mereka.

Hari buku menjadi momen di mana berbagai inisiatif seperti diskusi atau pertemuan dengan penulis, atau kampanye literasi digelar di berbagai tempat di seluruh dunia.

Melalui upaya ini, lebih banyak orang didorong untuk terlibat dalam dunia literasi dan menghargai karya pengengarangan yang tertuang dalam buku.

Hari Buku Sedunia juga berperan sebagai hari refleksi bagi kita semua. Kita dapat mengambil waktu untuk meninjau bagaimana buku-buku telah memengaruhi kehidupan kita secara pribadi.

Buku-buku favorit yang kita miliki mungkin telah membentuk pandangan dunia kita, memberikan inspirasi bagi impian-imipian kita, atau bahkan memberikan hiburan dalam saat-saat sulit.

Hari buku mengingatkan kita akan kekuatan buku untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya, karena bahasa universal dari cerita dan pengetahuan.

Hari Buku dan Tantangan Literasi

Peringatan Hari Buku Sedunia juga mengingatkan kita akan tantangan yang dihadapi oleh dunia literasi saat ini.

Meskipun buku adalah sumber pengetahuan yang tak ternilai, masih banyak wilayah yang tidak memiliki akses yang memadai terhadap buku dan pendidikan.

Di era digital, tantangan baru muncul dalam bentuk kurangnya minat membaca di antara generasi yang lebih muda, yang lebih cenderung terpaku pada layar gadget mereka.

Fakta mengejutkan menunjukkan bahwa, masyarakat Indonesia memiliki rekor sebagai salah satu masyarakat yang paling aktif dalam berbagai platform media sosial, terutama Twitter.

Warga Jakarta, misalnya, tercatat sebagai yang paling cerewet dalam menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter, dengan lebih dari 10 juta tweet setiap hari. Selain itu, kota Bandung yang juga masuk ke dalam jajaran kota teraktif di Twitter(https://www.ayojakarta.com,  22 Januari 2024).

Pertanyaanya kemudian mengapa negara dengan minat baca yang rendah juga memiliki tingkat aktivitas yang tinggi di media sosial?

Salah satu faktornya mungkin adalah kurangnya minat baca dan kecenderungan untuk menghabiskan waktu dengan layar gadget.

Masyarakat Indonesia cenderung lebih suka menatap layar gadget berjam-jam daripada membaca buku. Fenomena ini menjadi semakin kompleks dengan tingginya aktivitas di media sosial, terutama di Twitter.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 mencapai 278,69 juta jiwa. Namun, sangat disayangkan bahwa jumlah ini tidak sebanding dengan minat baca masyarakat (https://balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/, 07 September 2023).

Dilansir dari data UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca aktif. Ini berarti, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang secara aktif menyukai membaca.

Selain itu, survei yang dilakukan oleh Program of International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 menempatkan minat baca Indonesia pada peringkat ke-62 dari 70 negara yang disurvei. Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan tingkat literasi yang rendah di dunia (https://balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/, 07 September 2023).

Dampak dari kurangnya minat baca dan tingginya aktivitas di media sosial, terutama di platform seperti Twitter, adalah kemungkinan tersebarnya informasi yang salah, provokasi, hoax, dan fitnah.

Kecepatan dalam menanggapi dan menyebarkan informasi bahkan melebihi kecepatan dalam memproses informasi. Akibatnya, banyak informasi yang tidak terverifikasi dengan baik, dan hal ini bisa berdampak negatif pada stabilitas sosial dan politik negara.

Fakta-fakta ini memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi literasi di Indonesia. Meskipun memiliki jumlah penduduk yang besar, minat baca masyarakat masih sangat rendah. Fenomena ini tidak hanya menjadi masalah individual, tetapi juga berdampak pada perkembangan intelektual dan ekonomi negara secara keseluruhan.

Salah satu alasan utama di balik rendahnya minat baca di Indonesia adalah kurangnya budaya membaca yang ditanamkan sejak dini. Di banyak rumah tangga, kegiatan membaca tidak dianggap penting, sehingga anak-anak tidak dibiasakan untuk membaca buku. Selain itu, akses terbatas terhadap buku dan literatur juga menjadi faktor penghambat, terutama di daerah-daerah pedesaan dan daerah terpencil.

Tingkat literasi yang rendah juga berkaitan dengan kualitas pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang kurang memprioritaskan pembelajaran membaca dengan pemahaman menyebabkan banyak siswa tidak memiliki minat untuk membaca di luar materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Hal ini tercermin dalam hasil survei PISA yang menempatkan Indonesia di peringkat yang rendah dalam literasi.

Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga tentang kemampuan untuk memahami dan menafsirkan informasi dengan kritis. Minat baca yang rendah berarti kurangnya akses terhadap pengetahuan, gagasan, dan pandangan yang beragam. Hal ini dapat menghambat perkembangan intelektual dan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, peringatan Hari Buku Sedunia juga harus menjadi panggilan untuk sebuah tindakan dan aksi kolektif sekaligus kesempatan yang baik untuk membangun kesadaran akan pentingnya budaya membaca bagi kehidupan dan peradaban.

Mari kita rayakan Hari Buku dengan kembali menghargai kekuatan buku, dan membiarkan buku membawa kita pada perjalanan yang tak terduga, di mana dunia yang luas mudah dijamah hanya bila padamulanya dengan membaca buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun