Hari buku mengingatkan kita akan kekuatan buku untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya, karena bahasa universal dari cerita dan pengetahuan.
Hari Buku dan Tantangan Literasi
Peringatan Hari Buku Sedunia juga mengingatkan kita akan tantangan yang dihadapi oleh dunia literasi saat ini.
Meskipun buku adalah sumber pengetahuan yang tak ternilai, masih banyak wilayah yang tidak memiliki akses yang memadai terhadap buku dan pendidikan.
Di era digital, tantangan baru muncul dalam bentuk kurangnya minat membaca di antara generasi yang lebih muda, yang lebih cenderung terpaku pada layar gadget mereka.
Fakta mengejutkan menunjukkan bahwa, masyarakat Indonesia memiliki rekor sebagai salah satu masyarakat yang paling aktif dalam berbagai platform media sosial, terutama Twitter.
Warga Jakarta, misalnya, tercatat sebagai yang paling cerewet dalam menuangkan segala bentuk unek-unek di Twitter, dengan lebih dari 10 juta tweet setiap hari. Selain itu, kota Bandung yang juga masuk ke dalam jajaran kota teraktif di Twitter(https://www.ayojakarta.com, Â 22 Januari 2024).
Pertanyaanya kemudian mengapa negara dengan minat baca yang rendah juga memiliki tingkat aktivitas yang tinggi di media sosial?
Salah satu faktornya mungkin adalah kurangnya minat baca dan kecenderungan untuk menghabiskan waktu dengan layar gadget.
Masyarakat Indonesia cenderung lebih suka menatap layar gadget berjam-jam daripada membaca buku. Fenomena ini menjadi semakin kompleks dengan tingginya aktivitas di media sosial, terutama di Twitter.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 mencapai 278,69 juta jiwa. Namun, sangat disayangkan bahwa jumlah ini tidak sebanding dengan minat baca masyarakat (https://balaibahasasumut.kemdikbud.go.id/, 07 September 2023).