Mohon tunggu...
Kimi Himma
Kimi Himma Mohon Tunggu... Freelancer - Blessed mom 🌼

Aku ingin menulis (lagi)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Binatang

29 November 2020   12:30 Diperbarui: 29 November 2020   12:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

1. GAJAH KERAS KEPALA

Sebelum memasuki musim panas yang panjang, para binatang akan sibuk menyiapkan bekal makanan untuk bertahan hidup. Biji-bijian, buah, sayur, dan juga air. Selain bekerja secara mandiri, ada beberapa jenis binatang yang berkelompok saling bahu-membahu. Beberapa dari mereka, bahkan membuat sarang baru yang lebih nyaman dan luas untuk tinggal dan menyimpan bahan makanan.

Di tepi sungai yang riak airnya sangat tenang, sekawanan gajah sedang asik mengguyuri tubuh mereka dengan air. Sesekali, juga meneguk air sungai yang jernih.

"Gajah, kenapa kalian berlama-lama di tempat ini?" tanya burung kutilang, saat hendak meletakkan ranting yang baru saja dia ambil dari pohon rapuh di dekat gua.

"Tentu saja karena tempat ini sangat nyaman, Kutilang." Gajah bergading paling panjang menjawab.

"Kalian tidak mencari persiapan makanan untuk musim kemarau?"

"Untuk apa mencari, bukankah di hutan ini semua sudah tersedia? Air, rumput, buah dan apa saja yang kita butuhkan, tinggal ambil."

Burung kutilang sedikit bingung dengan jawaban snag gajah. "Bukannya setiap musim kemarau, setiap tempat akan berubah menjadi padang yang tandus Saat kemarau, tempat ini akan berubah jadi tandus, Gajah. Rumput-rumput mati, buah-buahan tidak tersedia, juga air akan berhenti mengalir." Kutilang masih merasa heran.

"Oh, aku rasa hal itu tidak benar. Kami selalu cukup makan."

"Ketua, benar juga yang dikatakan kutilang. Tahun lalu kita masih bisa bertahan, karena banyak persediaan makanan. Tapi kudengar tahun ini, banyak binatang yang pindah ke hutan ini karena kawasan mereka diubah jadi perkebunan. Artinya, persediaan makanan kita juga berkurang," ucap gajah yang lain, terlihat kebingungan.

"Tak apa. Kita kan besar. Perut kita bisa menyimpan banyak cadangan makanan. Lagipula musim kemarau masih lama, kan?" Gajah itu melanjutkan minum air, tanpa menghiraukan kutilang ataupun gajah lain.

***

Tanah-tanah mulai retak karena kehabisan air. Rumput-rumput menguning dan mati, sementara pohon-pohon menggugurkan daunnya. Musim kemarau telah tiba!

Di sebuah sarang di atas pohon, sekawanan semut sedang menikmati hidangan makan siang. Mereka menari setelah makan. Lalu di sarang lain, burung kutilang sedang menyuapi anak mereka yang baru menetas. Semua tampak tenang dan bahagia.

Namun, ada seekor gajah yang berjalan terseok-seok ke tepian sungai karena lapar dan kehausan.

"Tolong ... beri aku makan dan minum. Tolooong." Gajah berteriak sekuat tenaga, membuat burung kutilang turun dari sarang dan mendekatinya.

"Ada apa Gajah?" tanya kutilang.

"Tolong beri tahu di mana aku bisa mendapatkan air dan makanan, Kutilang."

"Apa kau kehabisan persediaan makan, Gajah?"

Gajah terdiam dan menunduk. Dia sadar, sebelum musim kemarau datang, dia tidak menghiraukan saran kutilang untuk mempersiapkan diri.

"Maafkan aku, Kutilang. Waktu itu, harusnya aku mendengarkanmu. Sekarang aku benar-benar menyesal."

Kutilang hanya geleng-geleng kepala sambil bertanya, "Lalu, di mana kawananmu yang lain, Gajah?"

"Mereka pergi ke tempat lain saat aku sedang berendam di lumpur, dan aku tidak bisa menemukan mereka, Kutilang."

"Itulah, Gajah. Kau tidak boleh keras kepala dan mementingkan diri sendiri. Saat yang lain bersiap menghadapi musim kemarau, kau justru bersantai-santai."

"Maafkan aku, Kutilang. Sekarang, apa yang harus kulakukan?"

"Jalanlah ke hulu sungai, untuk menemukan kawananmu. Aku pernah melihat mereka berjalan ke arah itu. Semoga beruntung!" Kutilang kembali terbang ke sarangnya. Sementara snag gajah berjalan ke hulu, dengan sisa tenaganya.

Tamat.

*Dilarang menyalin tulisan dalam bentuk apa pun dan tanpa seijin penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun