Minggu lalu  aku pulang sekolah bersama 3 temanku.  Seperti biasa harus melewati komplek orang asing  yang sebagian besar memelihara anjing. Biasanya semua aman aman saja. Kami berjalan sambil ngobrol , tertawa dan bercanda walau perut keroncongan  dan lelah karena hari itu ada pelajaran olah raga.  Sesekali aku memetik bunga rumput di pinggir selokan, ku lempar ke got berair hingga  pecah dan menimbulkan bunyi pletok yang nampak lucu. Terkadang kami saling mengejek kelemahan masing masing di kelas tadi. Sambil tertawa riang kami berjalan pelan hingga memasuki area komplek perumahan orang asing.
"Wit... tadi kamu latihan matematika dapat nilai berapa,Soalnya susah yha?Tanya Aida.
" Ha...ha...ha  nilaiku  biasa  saja, aku kurang mengerti penjelasan dari pak Naryo", jawabku.
" Menurutku penjelasannya sudah jelas, memang kamu  saja yang gak fokus, suka bercanda dan ngobrol di kelas" Adi menimpali.
" Iya sih... mungkin aku saja yang kurang perhatikan, karena  sering  diajak ngobrol sama Sekar", kataku.
Tiba-tiba  tanpa kami duga, seekor anjing gemuk dan besar lari keluar dari salah satu rumah  dan menyerang kami ber-empat. Sambil mengonggong dia memecah barisan kami dan terus berputar seolah tak suka melihat kami melewati jalan itu.
" Waduh...terus... terus ...bagaimana, kamu kan paling takut sama anjing?" cecar Iin
" Ya .. aku lari, tapi salah arah, bukannya  ke arah pulang bareng teman teman tapi  malah balik ke arah sekolah". Jawab Wiwit.
" Wah... jadi bagaimana?" Ati jadi serius ingin tahu.
"Semua teman teman teriak memanggilku ke arah mereka , tapi melihat aku yang terpisah sendiri si anjing malah tertarik, dia diam sambil  matanya menatap tajam padaku, aku tambah takut. Dia berjalan melangkah maju, aku berlari menuju tiang listrik besar di dekat situ. Mau nangis rasanya karena takut, hingga yang terfikir  hanya cari tempat berlindung," cerita Wiwit.
" Kok ke tiang listrik, khan anjing bisa mengejar?, tanya Iin lagi