Pukul setengah sembilan saya baru tiba di sekolah tujuan. Pikir saya, itu sudah sangat terlambat. Jadwal mulai adalah jam delapan.
Betapa bersyukurnya kami karena jadwal itu menggunakan WIB. Dan kami yang berada di Indonesia Timur mulai pukul sembilan.
Saya bersama Ibu Olfie menarik nafas lega dan saling tersenyum.
Ternyata belum cukup ujian itu. Kami diperhadapkan dengan kondisi internet yang tidak stabil. Kami tidak bisa memulai pelaksanaan OSN sesuai jadwal yang ditentukan, pukul sembilan pagi.
Peserta Didik mulai gelisah dan bingung. Jarum jam pendek yang tertempel di dinding telah meninggalkan angka sembilan. Bahkan angka sepuluh mulai terlewat.
Perlahan saya mendekati Teknisi yang terlihat sibuk di depan layar komputer. Seorang Guru perempuan memegang telepon genggam dan berkomunikasi dengan seorang Bapak yang ternyata pegawai dinas bertugas bagian OSN.
Saya berdiri mengawasi dan turut kuatir melihat keterlambatan ini. Ada rasa takut jika mereka tidak bisa mengikuti OSN. Pasti tidak menyenangkan melihat ekspresi kecewa siswa-siswi yang telah mempersiapkan diri berjuang dalam kompetisi ini. Tanpa bersuara saya menaikkan doa, memohon Tuhan menolong jaringan dan perlengkapan yang ada di SMAS Dian Harapan ini, sehingga OSN dapat segera dilaksanakan. Dengan sungguh-sungguh saya berbicara di dalam hati sambil netra menatap layar komputer dan sambungan internet yang ada.
Puji Tuhan, setengah sebelas lewat lima menit sekolah ini bisa melaksanakan OSN dan selesai pukul 14.30 dengan baik.
Sebagai Pengawas, saya bersyukur ketika mendengar ucapan dari salah seorang peserta saat akan memulai OSN.
"Jang lupa berdoa!" (Jangan lupa berdoa).