Terdapat beberapa karakteristik yang dapat diidentifikasi dari gifted learners' namun dua komponen utama seperti preconsciousness dan intensity membuat mereka dapat belajar lebih cepat dan memiliki kestabilan dimensi afektif dan kognitif (ESD, 2007: hlm. 11; VanTassel-Baska, 2003). Berdasarkan penelitian dari perspektif psikologi, murid yang berbakat sering memunculkan beberapa kecenderungan dalam lima area seperti;Â
- Psychomotor, energetic, aktif secara fisik dan memiliki kesulitan untuk rileks disaat tidur.
- Sensual, memiliki sensitifitas reseptif dari kelima indera, juga memiliki kepekaan estetik.
- Imagination, dapat memprojeksikan penggambaran imaji mental secara jelas serta dapat memiliki reaksi yang kuat dalam penghayalan (dreams).
- Intellectual, menyukai tantangan akademis, mempelajari hal baru dan memiliki rasa penasaran yang tinggi.
- Emotional, dapat menyelami stimulasi emosional dalam tegangan tinggi yang pada titik buruknya dapat menyebabkan depresi.
(ESD, 2007: hlm. 11; Dabrouski, 1989).
Kemudian pada pendapat lain, Winebrenner (2001; ESD, 2007: hlm. 11) menetapkan lima indicator khusus yang menunjukan keberbakatan pada diri seseorang; Â
- Dapat mempelajari materi baru dengan cepat, dalam usia yang lebih muda.
- Memiliki ingatan yang kuat terhadap materi yang dipelajari,
- Dapat mempelajari konsep yang terkesan terlalu rumit untuk tingkat perkembangannya,
- Memiliki minat dan gairah dalam satu topic atau lebih dan akan mencoba untuk meluangkan waktu untuk mempelajari bidang tersebut jika memungkinkan.
- Dapat mengoperasikan multiple brain chanels secara simultan dan mengerjakan lebih dari satu tugas dalam satu waktu sehingga pada beberapa penampilan dikelas terkesan tidak perlu memperhatikan guru dan hanya mengandalkan indera pendengaran saja.
Dalam perspektif lain, terkadang keberbakatan merupakan suatu proses mutasi dan evolusi yang dialami oleh seseorang. Ragam proses dinamika perkembangan dapat menyentuh area negative maupun positif dalam interaksinya dengan lingkungan, disiplin yang ditekuni, dannatural ability yang dimiliki.
Selain berurusan dengan lingkup keberbakatan, terdapat juga komponen lain yang sering ditemui dalam kelompok underachievement. Underachievement dapat diartikan sebagai suatu pola inkonsisten yang dimunculkan oleh anak pada beberapa kompoen keahlian seperti intelejensi, prestasi, kemampuan actual, dan kualitas kreativitas. "Underachievement is defined as "a discrepancy between the student's school performance and some index of actual ability, such as intelligence, achievement, or creativity scores, or observational data" (ESD, 2007: hlm. 11; Davis and Rimm, 2004). Gejala tersebut tidak hanya terdapat pada siswa biasa tapi juga dapat terjadi pada anak yang tergolong berbakat. Terkadang kemampuan seorang anak dapat merosot dengan tajam, jauh dibawah potensi aslinya. Kecenderungan underachievement seorang anak berbakat biasanya dapat dilihat dari rendahnya konsep diri, kurangnya motivasi dan ketertarikan dalam aktivitas akademis. Kebiasaan belajar yang buruk, ketidakdewasaan, tidak konsisten, munculnya ketergantungan serta kemunculan prilaku impulsive (ESD, 2007: hlm. 11; Clark, 2002). Ragam kemunculan kemunduran yang terjadi pada seorang anak berbakat terkadang memiliki jalur yang kompleks. Ragam fenomena dan komponen social dapat saling berkaitan dalam mempengaruhi perilaku seorang anak. Dari beberapa komponen tersebut kaitan karakteristik personal dengan komponen lain menjadi bagian yang menarik dalam interaksinya dengan lingkup social yang besar maupun lingkup social yang kecil. Personal karakteristik dapat membangun sentralitas perilaku yang akan secara simultan berkaitan dengan lingkup social. Biasanya seorang anak berbakat akan memiliki beberapa keinginan dan kebutuhan seperti;
- The need to extraordinarily intelligent, perfect or "smartest"
- The wish to be extremely creative and unique
- The concern with being admired by peers for appearance and popularity
Pada beberapa keadaan, dorongan tersebut malah dapat menjadi tekanan yang malah menghambat progress sama sekali jika tidak terorganisir dengan baik. Kegagalan organisasi kebutuhan dorongan tersebut dapat mengakibatkan kemunculan gejala permasalahan sikap lainnya seperti, perfeksionis, penahanan diri, tidak percaya diri, penolakan diri, sikap acuh, atau bahkan memunculkan sikap agresif.
Sumber
Dept. Of Education (2007) Gifted and Talented Students. [online] Tersedia di: http://www.ArtBook.pdf [14 November 2013]
Gagne, F., (2011) Academinc Talent Development and The Equity Issue in Gifted Education. [online] tersedia di: http://www. http://portal.ou.nl/documents/4291774/4368273/SE+Gagn%C3%A9%20Academic+Talent+Development+and+the+Equity+Issue+in+Gifted+Education.pdf [17 Agustus 2013]
Sumber Gambar
Gagne, F., (2010) Motivation within the DMGT 2.0 framework. DOI:10.1080/13598139.2010.525341. diambil dari; https://www.researchgate.net/figure/Gagnes-Differentiated-Model-of-Giftedness-and-Talent-DMGT-20-2008-update_fig1_232977785/download