Setiap orang pada dasarnya terlahir dengan ragam kemampuan yang dapat dikatakan seimbang. Ragam keahlian dan tingkatan kualitas keahlian tersebut akan mengalami ragam dinamika perkembangan seiring perkembangan diri selama hidup mereka.
Keberbakatan merupakan indikasi hasil dari kesatuan tiga komponen dasar karakter manusia. Komponen tersebut terdiri dari kemampuan dasar diatas rata-rata, tingkat komitmen yang tinggi akan tugas, dan tingkat kreativitas yang tinggi. Konstruksi tersebut dilandasi oleh ragam dimensi pembangun keahlian seseorang yang semuanya pasti terdapat pada diri manusia. Anak yang tergolong berbakat merupakan mereka yang memiliki, dapat mengelola, dan mengaplikasikan ketiga komponen tersebut dengan baik dalam area spesifik sebagai target pencapaian prestasi diri. Anak-anak yang memiliki dan mempunyai kapasitas keberbakatan tersebut membutuhkan akses pendidikan yang luas dan variatif yang mungkin tidak tersedia dalam lingkungan pendidikan yang ditempatinya.
"Children who manifest or are capable of developing an interaction among the three clusters require a wide variety of educational opportunities and services that are not ordinarily provided through regular instructional programs" (Renzulli, 2011, hlm. 87-88). Keberbakatan yang dimaksud tidak akan dapat mengalami perkembangan yang baik jika tidak memungkinkan terjadinya dinamisasi perkembangan ditiap komponen pembangunnya. Ragam upaya pendidikan dan kemungkinan tantangan yang bersifat kontekstual yang terukur akan sangat membantu percepatan dinamisasi yang diperlukan untuk memenuhi kapasitas keberbakatan seseorang.
Keberbakatan dan Kecenderungannya
Selain pendapat Renzulli, pada perspektif lain, Gagn (2003) berpendapat bahwa, keberbakatan merupakan kondisi yang ditandai oleh penguasaan keahlian yang sebenarnya tidak terlatih dan muncul secara spontan mengekspresikan kemampuan natural minimal pada satu jenis bidang keahlian. Terdapat empat kelompok bidang berbeda yang menetapkan pemisahan ragam keberbakatan seperti, intelektual, creative, socio-affectif, dan sensorimotor. Bakat membangun superioritas keahlian yang secara sistematis terbangun melalui keahlian dan pengetahuan dalam bidang yang terdapat pada kreativitas konkrit kemasyarakatan.
Berdasarkan struktur pengaruhnya, arah perkembangan dapat dipengaruhi oleh kebiasaan interaksi. Selama proses perkembangan ada orang yang lebih dekat dengan interaksi personal ada juga yang terkesan self-centered dengan tingkat interaksi person yang minim namun lebih banyak berurusan dengan permasalahan tekstual, fenomena, random encounter dll. Interaksi itupun berkaitan dengan pengalaman baik atau buruk yang dialami seseorang dalam interaksinya dengan lingkungan.
Ragam pengalaman tersebut akan bertemu dengan domain natural abilities, minat, dan relevant skill yang terbangun melalui bidang yang ditekuni. Dalam interaksi lingkungan, seseorang akan mengalami fenomena khusus baik positif maupun negative. Saat hal tersebut terjadi, seseorang yang memiliki keahlian menonjol dalam segi sosioafektif akan lebih sigap terhadap dinamika lingkungan, dan mencoba mempertahankan eksistensi dengan kemampuan komunikasi dan pengaruh.
Proses berikutnya, berdasarkan pengalaman sukses yang dialami, seseorang akan menggunakan catalyst yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dalam interaksi social. Orang yang terbiasa berinteraksi dalam lingkup person akan mencoba mementingkan dampak person to person secara langsung. Dengan bekal keahlian sosioafektif, karakter fisik, dengan mudah akan mendapatkan keuntungan dasar yang baik dalam bidang bisnis ekonomi, leisure, social action, dan olahraga. Ragam kualitas dan arah perkembangan yang dialami akan bergantung pada aktivasi jenis katalis oleh domain skill. Keuntungan dasar saja tidak akan cukup menghasilkan dampak yang baik jika tidak dibantu olah motivasi, volition, self-management, dan personality yang terprogram untuk mendukung keberhasilannya dalam bidang yang ditekuni.
Seseorang dapat mengintegrasikan ragam komponen keahlian kemudian menggunakannya secara kreatif dalam tingkat komitmen penyelesaian yang tinggi. Selama pergerakan perkembangan yang dialami, seseorang mengalami ragam kemunduran dan kemajuan dalam bidang keahlian yang ditekuni. Kemampuan regulasi diri, pengembangan diri, dan komitmen terhadap bidang keahlian dapat dengan cepat meningkatkan keberhasilan sebagai dampak unsure keberbekatan yang dimiliki. Ragam kegagalan yang mungkin terjadi dapat berawal dari regulasi diri yang kurang baik sehingga tidak dapat mencapai tingkat kapabilitas keberbakatan yang dimaksud. Dimensi katalis meskipun memiliki peran yang penting merupakan dimensi yang dinamis yang saling berkaitan dan bergantung pada natural abilities dan kesesuaian bidang yang ditekuni.