Pikiran manusia memiliki jangkauan yang sangat luas meliputi kesediahan dan kebahagian. Pikiran memiliki arti gagasan yang memungkinkan seseorang untuk mempesentasikan dunia dan memberikan perlakuan sesuai rencana dan tujuan.
Kebahagiaan dan kesedihan adalah dua keadaan emosional yang kontras yang dialami individu sepanjang hidup manusia. Â Mereka adalah bagian dari spektrum emosi manusia dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman pribadi, keadaan, hubungan, dan faktor biologis.
Kebahagiaan adalah keadaan emosi positif yang ditandai dengan perasaan gembira, puas, dan sejahtera. Â Itu bisa dipicu oleh berbagai faktor seperti pencapaian tujuan pribadi, mengalami cinta dan hubungan dengan orang lain, terlibat dalam aktivitas yang mendatangkan kesenangan, atau sekadar rasa syukur atas apa yang dimiliki.Â
Kebahagiaan juga dapat dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadian individu, pandangan hidup, dan kemampuan untuk menemukan kegembiraan di saat ini.Â
Sedangkan kesedihan adalah keadaan emosi negatif yang ditandai dengan perasaan sedih, kecewa, atau putus asa.Â
Itu bisa muncul dari pengalaman kehilangan, kegagalan, atau perasaan terasing. Â Kesedihan adalah respons alami terhadap peristiwa kehidupan tertentu dan dapat menjadi bagian penting dari proses penyembuhan saat menghadapi emosi yang sulit.
Saat ini marak terjadi bullying, kekerasan, pembunuhan yang seolah sudah menjadi hal lumrah. Mereka para pelaku kejahatan seolah tidak merasa berdosa dengan apa yang sudah mereka lakukan.Â
Kejahatan seperti itu biasanya bermula dari kesedihan yang berlarut larut sakit hati berkepanjangan yang menjadikan emosi pelaku meluap dan melampiaskan.
Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan dan kesedihan adalah emosi yang normal dan valid. Â Mereka adalah bagian alami dari pengalaman manusia, dan sangat penting untuk membiarkan diri kita merasakan dan memprosesnya ketika mereka muncul.Â
Penting juga untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional saat dibutuhkan, terutama pada saat kesedihan atau kesusahan yang intens.
Di dalam otak kita ada sistem limbik yang merupakan kumpulan stuktur yang berperan sebagai pembentuk tingkah laku maupun emosi (marah, sedih, bahagia) dan memori manusia.Â
Selain ada sistem limbik di otak yang mengatur emosi maupun pikiran kita, tentunya kita juga perlu kebutuhan spiritual, religius terhadap sang pencipta agar diberi kemudahan, dicukupkan dengan apa yang ada dan bisa merasakan kebahagiaan yang hakiki.Â
Terlepas dari berbagai hal terkadang rasa benci dan sedih memang sulit hilang jika kita bertemu dengan seseorang yang membuat sakit hati dikejadian lampau.Â
Untuk mengurangi kesedihan dan sakit hati coba terpakan untuk tidak melihat siapa yang berbicara tetapi dengarkan apa yang dibicarakan. Perlu diingat bahwa kebahagian dan kesedihan kita yang tentukan, itu semua sudah ada pengendali di pikiran kita.
Pada akhirnya, mencapai keadaan emosi yang seimbang melibatkan pemahaman dan menerima berbagai macam emosi manusia dan menemukan cara untuk menumbuhkan kebahagiaan sambil menavigasi melalui periode kesedihan dengan ketahanan dan belas kasih diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H