Mohon tunggu...
Putri SelitaFirdaus
Putri SelitaFirdaus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas biasa

Menggemari berkegiatan di alam terbuka dan membaca buku yang selanjutnya dituangkan menjadi sebuah tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Geosite Batu Bedil: Kisah Lanun dan Para Monyet

16 November 2024   13:15 Diperbarui: 26 November 2024   10:14 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi Pribadi Penulis : Sumur Beracun 
Dokumentasi Pribadi Penulis : Sumur Beracun 

Batu Bedil adalah Geosite yang tergabung dalam rangkaian Geopark Belitung yang ditetapkan pada April 2021. Perjalanan Batu Bedil cukup panjang sebelum ditetapkan sebagai Geosite.

Awalnya, terlebih dahulu dibentuk Himpunan Kelompok Masyarakat (HKM) untuk menguruskan perizinan dari pemerintahan setempat sebelum diajukan ke kementerian.

Pada tahun 2014 terdapat sebuah refleksi dari pemerintah yang memutuskan kelayakan dan pada 2017 baru keluar izin pengelolaan Geosite Batu Bedil. 

Setelah itu, Pemerintah Kabupaten Belitung menetapkan bahwa Geosite Batu Bedil sebagai bagian ari Geopark Belitung untuk diajukan ke UNESCO.

Pantai Batu Bedil selain sebagai tujuan wisata juga kerap menjadi tempat. Informasi tentang potensi sumber daya alam Batu Bedil masih sangat sedikit sehingga menjadi buruan para peneliti.

Di kawasan Batu Bedil juga terdapat hutan kemasyarakatan yang ekosistemnya masih terjaga dengan membagi zona Kawasan.

Mulai dari zona pemanfaatan berupa lahan hutan di Kawasan Batu Bedil yang masih bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat seperti peternakan juga Perkebunan.

Kemudian, zona perlindungan yaitu kawasan hutan yang masih perawan baik hutan pesisir maupun hutan darat biasa yang tujuannya mengarah pada konservasi.

Selain itu, warga juga berusaha merehabilitasi lahan bekas tambang dengan menanaminya dengan pohon produksi jambu mete (Anacardium occidentele). 

Jadi, Bapedas mengadakan program penanaman jambu mete seluas 20 hektare. Masyarakat juga mengelola penanaman mangrove seluas 5 hektare dengan jenis Rizophora apiculata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun