Mohon tunggu...
Salwadira Des R
Salwadira Des R Mohon Tunggu... Mahasiswa - The Words Don't Mean A Thing

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030110)

Selanjutnya

Tutup

Love

Limerence: Rasa Cinta dan Obsesi yang Berlebih Terhadap Orang Lain?

28 Februari 2022   20:04 Diperbarui: 28 Februari 2022   22:08 2973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Obsesi Berlebih pada Pasangan | Sumber : Dokpri

Setiap orang pastinya memiliki seseorang yang mereka cintai sendiri bukan? Tapi tahukah anda istilah tentang 'Limerence'?

'Limerence' adalah istilah psikologi dalam bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia-nya sendiri maknanya belum tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI). 'Limerence' ini dipelajari pada tahun 1970-an oleh seorang psikolog asal Amerika bernama Dorothy Tennov yang lahir pada 29 Agustus, 1928 di Montgomery County, Alabama, Amerika Serikat. Sebelum menemukan hal tersebut, pada awalnya Tennov meminta kepada 500 pasangan lebih untuk dijadikan bahan penelitiannya dan mereka semua setuju untuk diwawancarai. Dalam wawancaranya tersebut,  ia menemukan fakta bahwa sebagian besar dari pasangan tersebut memiliki kesamaan yaitu terlalu terobsesi dengan pasangannya.

Di dalam bukunya yang berjudul "Love and Limerence : The Experience of Being In Love" pada 1979, dapat disimpulkan bahwa 'Limerence' adalah perasaan ingin memiliki hingga menjadi tergila-gila terhadap seseorang dengan melibatkan hasrat (sampai ketahap fantasi). Dalam istilah ini sendiri, seseorang yang mengalami 'Limerence' bisa disebut dengan Limerent dan seseorang diinginkan oleh Limerent disebut dengan Limerent Object (LO).

Cover Buku
Cover Buku "Love and Limerence : The Experience of Being in Love" | Sumber : The Marginalian

Jika dikaitkan dengan hal percintaaan, sebenarnya apakah 'Limerence' ini adalah bagian dari rasa cinta? Memang terdengar seperti hal yang mirip namun hal ini lebih bisa dikatakan sebagai obsesi semata yang sifatnya berlebihan terhadap orang lain. Obsesi berlebih terhadap orang lain inilah yang membuat tidak sehat dan tidak bisa disebut sebagai cinta. Obsesi ini tidak hanya dialami oleh sepasang kekasih saja namun juga bisa dialami oleh siapa saja yang single (jomlo).

 

APAKAH 'LIMERENCE' SEBUAH PENYAKIT?

Jika disimpulkan menurut apa yang ditulis oleh Albert Walkin dan Duyen B. Vo dalam jurnal mereka "Love Variant: The Walkin-Vo I.D.R Model of Limerence"  situasi ini bukanlah sesuatu yang baik sehingga bisa dikategorikan kedalam sebuah penyakit cinta.

Selain itu, jika dikaitkan dengan penyakit lain dalam jurnal mereka tersebut juga dituliskan bahwa 'Limerence' sering dikaitkan dengan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) atau bisa disebut juga dengan Gangguan Obsesif Kompulsif. Namun, nyatanya dua hal tersebut adalah hal yang berbeda. OCD sendiri dikaitkan dengan obsesi dengan sesuatu yang menyebabkan penderita harus melakukan tindakan secara berulang-ulang.

APA PENYEBAB SESEORANG BISA TERKENA 'LIMERENCE'?

Ada beberapa penyebab yang bisa membuat seseorang menjadi orang 'Limerence' . Ini dia penyebabnya :

1. Dorongan yang kuat dari dalam diri

2. Kurangnya perhatian dari orangtua maupun orang lain

3. Karena trauma masa lalu atau sebagainya

"Ini sering kali terjadi akibat ketidakhadiran baik melalui trauma atau masalah perkembangan masa kanak-kanak tertentu", jelas terapis psikoseksual, Cate Mackenzie.

4. Menganggap seseorang terlalu sempurna

5. Tidak berani mengungkapkan rasa sukanya kepada seseorang

LALU BAGAIMANA CARA MENGETAHUI BAHWA SESEORANG BISA DIKATAKAN SEBAGAI LIMERENT?

Dalam buku Tennov "The Scientist Looks at Romantic Love and Calls It Limerence : The Collected Works of Dorothy Tennov" pada 2005, dituliskan bahwa penderita 'Limerence' yakni Limerent memiliki hal umum yang menjadi komponen dasar mereka yaitu :

1. Pemikiran mereka terganggu dengan Limerent Object (LO)

2. Intensitas perasaan untuk LO yang meninggalkan banyak kekhawatiran bagi Limerent

3. Kerinduan yang mendalam untuk timbal balik

4. Merasa lega sesekali dari ketidakpedulian yang tak terbalas ketika dengan jelas membayangkan beberapa tindakan timbal balik oleh LO

5. Besarnya rasa takut akan ditolak oleh LO dan rasa malu jika ditolak yang mengganggu pikiran mereka

6. Intensifikasi perasaan yang lemah

7. Kepekaan akut terhadap tindakan, pikiran, atau kondisi apapun dari pihak LO yang dapat dengan cara, bentuk, atau bentuk apapun ditafsirkan dengan baik

8. Kemampuan luar biasa untuk merancang atau menemukan penjelasan yang "masuk akal" untuk menjelaskan atau membayangkan mengapa tindakan netral oleh LO adalah tanda tersembunyi sebagai gairah pada LO

9. Rasa sakit di dada Ketika ketidakpastian itu kuat

10. Apung (perasaan seperti berjalan di udara) ketika timbal balik yang "tampaknya" terbukti

11. Kemampuan luar biasa untuk menekankan sifat apapun yang benar-benar mengagumkan dalam objek yang paling menonjol

12. Kemampuan yang sama luar biasa untuk menghindari memikirkan kemungkinan sifat negatif apapun atau bahkan mengubah kemungkinan negatif itu menjadi atribut positif lainnya

Dari komponen-komponen tersebut, Albert Walkin dan Duyen B. Vo menyimpulkan pendapat tersebut menjadi lebih rinci menjadi Komponen fungsional utama yang terdiri dari 3 bagian yang mereka tuliskan kedalam jurnal mereka, yang isinya sebagai berikut :

1. INITIATING FORCE (Kekuatan Awal) : Kerinduan yang meresap untuk balas dendam emosional.

2. DRIVING FORCES (Kekuatan Pendorong) : Pemikiran yang mengganggu dan obsesif, pemutaran ulang yang konstan dan latihan, kepekaan akut terhadap isyarat perilaku, kecenderungan kuat untuk menafsirkan perilaku LO secara berlebihan, ketakutan yang kuat akan penolakan oleh LO. Situasional hambatan, dan ketidakpastian.

3. RESULTANT FORCES (Gaya Resultan) : Fluktuasi suasana hati, perasaan ekstasi, perasaan depresi, kecemasan, strategi koping kognitif, rasa malu atau bersalah, dan gangguan fungsi.

GEJALA APA SAJA YANG DIALAMI OLEH LIMERENT?

Dalam makalah Albert Walkin & Duyen B. Vo, gejala untuk penentuan apakah seseorang terkena 'Limerence' setidaknya adalah seseorang yang berusia 18 tahun dengan ciri-ciri seperti :

  • Pemikiran yang mengganggu dan obsesif tentang LO
  • Replay & Rehearsal
  • Kecemasan dan Kesadaran Diri
  • Ketergantungan
  • Gangguan Fungsi

PROSES 'LIMERENCE' TERJADI DALAM 3 TAHAP? APA SAJA?

Ini dia beberapa tahap yang terjadi dengan seseorang yang mengalami 'Limerence' yakni :

1. INFATUATION (KEBERAHIAN)

Tahap yang pertama yaitu tahapan dimana penderita 'Limerence' mengenal objek Limerent sebagai awal mula ia merasakan adanya konesi dan ikatan emosional untuk bersama dan berbagi keintiman emosional yang berlebihan kepada seseorang tersebut atau yang bisa disebut dengan obsesi berlebih. Di tahap inilah terjadinya stress, jantung berdebar-debar, bahkan pikiran menjadi terganggu.

"Sifat orang yang tidak dapat diperoleh membuat mereka lebih memikat," Mackenzie.

2. CRYSTALLIZATION (KRISTALISASI)

Tahap ini adalah keadaan dimana seorang 'Limerence' yakni Limerent memantapkan diri mereka untuk terus-menerus terobsesi dengan seseorang sehingga membuat mereka merasa takut akan kehilangan seseorang tersebut.

"Anda memutuskan bahwa orang itu sempurna dan Anda mengidealkannya dengan meletakkannya di atas alas," kata Mackenzie.

3. DETERIORATION (KEMUNDURAN)

Pada tahap ini biasanya rasa obsesi mulai berkurang karena pikiran yang menyelinap masuk bahwa tidak akan pernah memiliki seseorang tersebut. Seorang 'Limerence' yang sudah sampai ketahap ini tidaklah mudah, karena setiap insan pribadi memiliki sifat ketertarikan obsesif yang berbeda.

"Tahap terakhir dari limerence adalah kekecewaan pada objek cinta dan melepaskannya," kata Mackenzie.

APAKAH DAMPAK NEGATIF DARI 'LIMERENCE'? 

Seseorang yang mengalami hal ini pastinya memiliki dampak yang buruk bagi diri mereka sendiri yakni :

  • Membuat seseorang menjadi stres
  • Kurangnya waktu tidur pada seseorang
  • Menimbulkan efek takut akan yang namanya cinta
  • Menimbulkan rasa tidak percaya kepada orang lain
  • Menjadi tidak bisa fokus menjalankan kesehariannya
  • Dan lain sebagainya

BAGAIMANA CARA MENGATASI 'LIMERENCE'?

Cara mengatasi 'Limerence' sendiri sebenarnya belum terlalu jelas bagaimana yang bisa membuat seseorang benar-benar bisa hilang dari 'Limerence'. Namun, individu dapat menjalani kombinasi perawatan medis (seperti antidepresan untuk menghambat bagian otak yang bertanggung jawab dalam pikiran obsesif) dan terapi perilaku kognitif untuk memerangi gejala tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun