Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menemukan Aku di Masjid Raya Baiturrahman

30 April 2020   21:50 Diperbarui: 30 April 2020   21:59 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wikipedia.co.id/Si Gam

Aku dan rombongan berjalan bersama-sama menuju masjid setelah turun dari bis. Masjid ini terletak di tengah kota dan disekitar lingkungan masjid terdapat banyak penjual yang berdagang souvenir, makanan, dan  kebutuhan ibadah.

Aku membayangkan masjid ini persis seperti video-video yang ditayangkan di TV, bagaimana air bah memenuhi jalan dan bagaiaman masjid ini bertahan. Suasana haru dan merinding membuat tanpa sadar air mata ini jatuh juga.

Tidak sekadar masjid biasa, masjid ini menjadi salah satu situs bersejarah yang telah ada sejak era kejayaan Kesultanan Aceh dan bertahan hingga detik ini. Masjid ini memiliki perjalanan yang panjang , mulai dari tragedi pembakaran oleh kolonial Belanda tahun 1873 hingga hantaman tsunami di akhir 2004.

Warna putih menjadi dominasi masjid ini dengan tiga kubah besar. Saat itu, masjid masih dalam tahap renovasi bagian luarnya akan dibuat payung raksasa menyerupai dengan  Masjid Nabawi, Madinah. Untuk memasuki area dalam masjid diwajibkan untuk menggunakan pakaian yang syari dan tidak ketat. Saat itu, setelah acara kami langsung saja. Kemudian, kami didatangi oleh petugas dan disuruh untuk menggunakan pakaian jubah hitam yang panasnya pun membuat basah baju.

Memasuki area dalam masjid, entah mengapa jantungku merasa deg-degan, kemudian terdengar suara orang-orang sedang melantunkan ayat suci kemudia diikuti suara azan. Ada suatu perasaan yang tidak bisa aku jelaskan, perasaan tenang dan damai, perasaan menyaksikan keagungan sang pencipta. Aku pun melihat desain dalam masjid 360 derajad, melihat langit-langitnya, karpetnya, desain pintu dll. Aku tiba-tiba terbayang ketika tsunami terjadi bagaimana masjid ini dengan kokohnya melindungi orang-orang yang menyelamatkan diri, teriakan-teriakan yang pasti memilukan.

Sepanjang perjalananku di Aceh, melihat bangunan-bangunan yang sepi dan masih rata, kemudian berkunjung ke museum dan diakhiri ke masji Baiturahman membuatku tersadar, manusia ini apa yang disombongkan di dunia ini? Ketika alam murka, air bah diangkatnya tidak ada jabatan, tidak ada harta, tidak ada keluarga yang bisa kita bawa. Semua ini hanya sementara. Tidak ada yang benar-benar kekal di dunia ini, dan kita masih saja menyombongkan diri.

Di atas sejadah rekaat terakhir aku bersujud, memohon ampun pada Yang Kuasa bahwa hapuskanlah kesombongan dan keserakahanku di dunia ini, dan memohon perlindungan Nya. Ah, entahla baru itu rasanya aku menjadi haru kembali bersujud di masjid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun