Mohon tunggu...
Hellobondy
Hellobondy Mohon Tunggu... Pengacara - Lawyer, Blogger, and Announcer

A perpetual learner from other perspectives. Find me on IG : nindy.hellobondy Blog : Hellobondy.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Lucinta Luna, Perempuan, dan Narkotika

16 Februari 2020   21:48 Diperbarui: 26 Oktober 2021   22:41 3796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lucinta Luna saat dalam jumpa pers di Polres Jakarta Barat, Kamis (13/2/2020). (KOMPAS.com/Revi C Rantung)

Lucinta Luna, sosok kontroversial satu ini sepertinya tidak pernah padam. Selalu aja ada bahan netijen untuk menghujat setiap tingkah lakunya. 

Apalagi baru-baru ini, Lucinta Luna menjadi tersangka kasus narkoba. Tentu saja yang paling seru adalah kolom komentarnya. Seakan se Indonesia mensyukuri keadaanya saat ini.

Tidak itu saja, pertanyaan netijen pun semakin bertubi-tubi "kira-kira Sel Laki atau perempuan ya?" hampir setiap komentar bertanya-tanya."Siapa saja yang ikut tertangkap?" Netijen mencecar terus menerus hingga akhirnya ada klarifikasi.

Indonesia Darurat Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Aktif

World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba.

Sementara di Indonesia, BNN selaku focal point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. (https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/)

Beberapa waktu lalu, jika kamu membaca artikel saya di Lapas Perempuan Palembang, 80% warga binaan tersangkut kasus narkotika. 

Dua hari lalu, saya dan rekan-rekan pengacara pun mengunjungi Lapas anak di Palembang, kami berdialog dan kebanyakan kasus mereka pun narkotika dan pencurian. Bahkan anak-anak pun menjadi pengedar. Mengerikan bukan?

Sumber: CNNIndonesia
Sumber: CNNIndonesia
Anak-anak yang seharusnya memiliki ruang aman dan nyaman untuk bertumbuh sebagai generasi penerus bangsa harus terhenti langkahnya karena penyalahgunaan narkotika. Mereka direbut dari rumahnya, dan harus berada di lapas.

Kekhwatiran mereka pun tidak hanya dari tatapan mata mereka. Mereke menyuarakan bahwa bagaimana jika mereka sudah keluar nanti, "Apakah kami memiliki masa depan? Apakah masyarakat akan menerima kami?".

Begitu pun di Lapas perempuan, bagaimana kerinduan yang tidak terbendung dengan keluarga, harta yang dengan mudah mereka dapatkan begitu juga secepat kilat habis karena penyalahgunaan narkotika.

Ini hanya sebagian contoh kecil dari Indonesia, bagaimana dengan wilayah lainnya?

Siapapun Bisa Menjadi Korban dan Pelaku

"Awalnya saya dikasih sedikit, lalu ketagihan, kemudian disuruh jual. Memang banyak uangnya!. Tapi saya tidak tahu akan seperti ini". Salah satu warga lapas anak menyampaikan isi hatinya.

Saya pun sempat melakukan pendekatan dan berbicara pada salah satu dari mereka. Sehari mereka bisa mendapatkan uang sekitar 4 juta dengan mengedarkan narkotika, tetapi hingga saat ini bandarnya belum tertangkap.

Ini sangat mengerikan, anak-anak dijadikan senjata dan alat untuk peredaran narkotika ini.

Pengalaman lainnya ketika saya berada di Lapas perempuan Palembang. Usianya tidak lagi muda, tubuhnya sudah rapuh, namun ia harus berada dinginya lantai lapas dan heningnya sel.

"Ibu, ada keluarga yang rutin berkunjung?", tanyaku. Tapi ia hanya diam.

Salah satu warga lapas perempuan bilang " Dia dihukum diatas 10 tahun mbak, bandar narkoba".

Pernah mendengar berita artis tersangkut kasus yang sama? Banyak!, Pejabat pemerintah? Iya ada!. Anak sekolah? Ada!, Perempuan? Ya ada juga!.

Lucinta Luna juga menjadi salah satu bukti bahwa penyalahgunaan narkotika bisa terjadi oleh siapa saja, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, dan transgender dan transperempuan. Tanpa memandang jenis kelamin jabatan. 

Dari pada kita sibuk mentengin hal-hal yang rasanya kurang berfaedah, ada baiknya kita belajar, dan melindungi diri kita dan orang terdekat.


Lucinta Luna, Minoritas yang Semakin Ditindas 

 Tidak mudah menjadi seorang Lucinta Luna, identitasnya diburu, masa lalunya terus diusik. Kita belum bisa pada fase cukup dewasa untuk bisa menerima pilihan hidup seseorang. Lucinta Luna, jika memang terbukti di publik anggaplah bahwa ia seorang transgender. Hidup menjadi perempuan di Indonesia saja sudah menantang dengan begitu banyak sekali "label" lihat saja seperti label "Janda gatal, pelakor, sundel...dll" apalagi teman-teman kita yang bekerja sebagai PSK, Transpuan dan Trangender, dan teman-teman yang  semakin termajinalkan.

Saya juga teringat akan kejadian seorang "Banci Salon" dimutilasi pasanganya. Tahu apa yang dikomentari orang "Ngurangin azab di bumi", "Biarkan saja mati dimutilasi" dan banyak sekali kata-kata keji yang tidak pantas. Mereka hidup dicaci maki bahkan mati pun seakan kita tak sudi jika tidak ikut menghakimi.

Mungkin, kita lupa. Kita ini manusia, tidaklah pantas mengambil tugas Tuhan sebagai hakim, bahkan hakim manusia di bumi pun "Hakim" tidak mudah untuk ketuk palu. Harus dibuktikan dulu fakta dan data. Manusia krisis kemanusianya mungkin ada benarnya juga.

 Lindungi Dirimu dan Orang Sekitarmu

Ingat! Siapapun iya siapapun bisa menjadi pangsa empuk peredaran narkotika. Tapi tentu kita tidak hanya duduk diam saja. Banyak yang bisa kita lakukan. 

Mulai dari membaca bahayanya narkotika, ikut kampanye aktif dengan menggunakan social media, seperti share info-info valid yang berguna. Salah satunya bisa share tulisan saya #ehhh.

Jika kamu adalah pengguna saat ini, mintalah bantuan untuk rehabilitasi. Karena, sudah banyak banget bukti di depan mata, kalau gak mati ya penjara, harta benda menguap begitu saja.

Saat bersidang pun, saya menemukan banyak sekali pelaku penyalahgunaan narkotika ini. Saya menyaksikan bukan simpati atau empati ke terdakwa dengan baju orangenya, tapi tatapan-tatapan harapan keluarga yang mendampingi. Tatapan yang tidak bisa aku jelaskan!.

Banyak dari yang mendampingi terlihat lusuh dan linglung. Mereka pun tidak tahu harus bagaiamana. Jika ada kesempatan memungkinkan saya biasanya ajak bicara, mereka bercerita bagaimana susahnya kehidupan mereka, apalagi ketika tulang punggung keluarga harus mendekap di tahanan.

Mereka pun harus bekerja ektra untuk makan, dan juga mengurus perkara. Yaa ini hanya sebagian kecil saja cerita yang aku dapatkan.

Awalnya aku kira, hanya kemiskinan akar dari kejahatan, oh ternyata tidak orang-orang yang sudah kaya pun miskin nuraninya dan melakukan kejahatan yang berbeda. 

Jika kamu sayang dirimu, sayang keluarga mu. Percayalah akan selalu ada jalan, dan jangan memilih jalan dengan masuk ke lingkaran narkotika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun