Wilayah-nya yang tidak terlalu luas menjadi salah satu faktor yang mempermudah melakukan manajemen dan penataan. Dalam bidang Industri, Sulatn Abbas juga mampu mengembangkan pra kondisi untuk pertumbuhan industri permadani dan sutera. Dunia seni mendapat perlindungan dari Sultan yang suka estetika ini.
DINASTI MUGHAL 1526-1858
Dinasti mesin serbuk yang termuda adalah Dinasti Mughal. Dinasti Mughal sendiri bukanlah penguasa Islam pertama di anak benua India. Sebelum-nya kekuasaan Bani Umayyah pada era All Walid pernah menaklukan anak benua India, kemudian pada era desentralisasi Abbasiyah, dinasti Ghazwaniah dapat menaklukan kerajaan-kerajaan Hindu di India dan melakukan Islamisasi.
Begitu juga setelah runtuh-nya dinasti Ghazwaniyah, muncul dinati- dinasti kecil seperti dinasti Mamluk (1206-1290 M), dinasti Khalji (1296-1316 M) serta dinasti Tugluk (1320-1412 M). Pada tahun 1482 M Zahiruddin Barbur mendirikan dinasti Mughal dengan Delhi sebagai ibukota negara. Terbentuk-nya dinasti Mughal di India ini melalui proses panjang sehingga menjadi Imperium yang sangat kuat.
Wilayah Dinasti Mughal meliputi anak Benua India dan meluas hingga Kabul (Afghanistan), Kashmir dan sekitar-nya. Pusat pemerintahan berada di Delhi. Dinasti Mughal didirikan oleh Sultan Babur. Tantangan dari raja-raja Hindu India begitu banyak tetapi kekuatan sultan babur dapat mengalahkan dengan kemenangan yang gemilang.
Penerus-nya sultan Humayun putra sulung Babur dan kemudian cucu-nya yaitu Sultan Akbar. 169 Sultan Akbar tergolong sultan yang kuat sehingga dapat menetralisir kegoncangan sosial politik dalam negeri. Jika Turki Usmani diibaratkan seperti mesin perang.
Dinasti Mughal memiliki jiwa militer pengembara dan penakluk yang kuat sehingga mampu melakukan ekspansi hingga menguasai Gujarat, Kashmir, Bengal Ahmadnagar dan daerah-daerah penting di India. Sultan Akbar nampak mewarisi kebesaran kakek-nya, sultan Babur dan leluhur-nya, Timur Lenk.
Bahkan gaya militer Timur Lenk masih mengalir di dalam tubuh sultan Akbar sehingga pemerintahan Delhi bercorak militeristik. Secara sosiologi, Sultan Akbar telah meletakkan sendi-sendi pluralitas dalam kehidupan dengan nama politik toleransi universal (sulakhul) yang menegaskan bahwa seluruh rakyat India sama di depan hokum dan tidak membeda-bedakan etnis dan latar belakang agama.
Selama memerintah kemajuan ekonomi, politik dan militer dapat dicapai dan dipertahankan. Bahkan sultan-sultan sesudah-nya ikut menikmati jerih payah perjuangan sultan Akbar, yaitu sultan Jehangir (bergelar sultan Nuruddin), Syeh Jihan (bergelar sultan Syihabuddin) dan sultan Aurangzeb (bergelar sultan Muhyiddin). Ketiga sultan ini masih dapat mempertahankan kejayaan dinasti Mughal. Aurangzeb lebih menekankan Islamisasi puritan.
Hal ini berbeda dengan saudara-nya dara Sikhoh yang lebih berpetualang di luar roda pemerintahan dengan uapay-upaya siunkretisasi Islam-Hindu. Peradaban mulai surut pada masa Bahadur Syah (Muazzam), Azimus Syah, Jihandar Syah, Farukh Syah hingga terjadi disintegrasi pada era Muhammad Syah.
Disintegrasi ini ditandai dengan banyak-nya pemerintah daerah yang sudah tidak loyal Iagi kepada pemerintah pusat di Delhi. Para pedagang Eropa mulai memasuki wilayah pantai. Hal ini berlanjut pada masa sultan Ahmad Syah, Alamghir II hingga Mughal secara de facto dikuasai orang-orang Afghanistan pada era Syah Alam.
Walaupun gelar sultan tetap ada pada Syah Alam namun praktis pemerintahan dikendalikan oleh orang-orang Afghan. Peperangan dengan tentara Inggris terjadi yang berakhir dengan perjanjian damai dan abahkan Inggris membantu Syah Alam merebut kembali kota-kota yang direbut oleh persekutuan Hindu-Sikh.