Mohon tunggu...
Syamsul Hellal
Syamsul Hellal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Tinggal Sayang

25 Februari 2016   14:33 Diperbarui: 25 Februari 2016   14:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi dan siang telah berlalu

senja merayap semakin dalam dan tiada

tertahan, kian buram dan kian gamang

akankah aku bisa terus melangkah, ataukah kantersandung

dalam dekapan kelam ketika senja berganti malam

 

Jauh di belakang, ketika sejuta putaran jarum jam terabaikan

terlena dalam perjalanan panjang tanpa tujuan

menysuri sudut-sudut kota di berbagai negeri

yang menjadi cerita semu tak berwujud yang

tak memberi bekas untuk pijakan saat kelam semakin gamang

 

Malam kian kelam, langkahku pun makin tertatih di ujung jalan

nanar mata memandang, nun jauh di belakang tangan-tangan kecil

ingin meraihku pulang sebab aku masih dibutuhkan

aku terus berjalan, menjauh dari yang kusayang

karena waktu telah menghimbauku pulang ke rumah keabadian

 

 

Jakarta, 25 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun