Mohon tunggu...
helis yunan
helis yunan Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mahasiswi

Kuliah S2 di STT Jaffray Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kelompok Kecil sebagai Bengkel Perilaku

26 Maret 2019   09:58 Diperbarui: 26 Maret 2019   10:00 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada ungkapan berbahasa Latin, "Facta sunt potentiora verbis" yang berarti perbuatan lebih kuat dari kata-kata. Seindah dan sesering apapun petuah yang diucapkan, seorang ayah yang menjadi perokok berat akan menghadapi kesulitan yang sangat serius ketika ingin mengajarkan bahaya merokok kepada anaknya yang sangat dikasihi. Di mata sang anak, perbuatan sang ayah jauh lebih kuat dari ceramah ilmiah dan petuah kesehatan.

 Teori pembelajaran modeling atau observasional Bandura sangat dikenal keampuhannya dalam dunia pendidikan. Imitasi atau modeling merupakan pembelajaran yang sangat efektif, yang dilakukan dengan cara mengamati dan meniru (mencontoh) perilaku orang lain. John Santock dalam buku Psikologi Pendidikan (Kencana Edisi kedua, halaman 287) menggambarkan prosesnya sebagai: atensi (perhatian), retensi (pengendapan), produksi (reproduksi motorik) dan penguatan (motivasi). 

Kemudian Steven Bavister dan Amanda Vickers, dalam bukunya NLP For Personal Success (Pustaka Baca, halaman 3) menjelaskan Ilmu Neuro Linguistic Programming (NLP) yang ampuh itu merupakan ilmu yang memanfaatkan model pembelajaran modeling ini, yang terbukti efektif untuk "menduplikasi" pola pemikiran dan kinerja dari orang-orang sukses, untuk "dimodel" guna meningkatkan kualitas dan keefektifan hidup. Pembelajaran Modeling terbukti sangat efektif dan efisien dalam menduplikasi prilaku dan pola pemikiran dari sang role model. Role model disini adalah tokoh sukses yang menjadi teladan untuk ditiru dan diduplikasi.

Komsel atau Kelompok Kecil dalam sebuah gereja merupakan wadah pembinaan warga Gereja untuk dapat bertumbuh bersama. Bill Donahue dalam bukunya yang berjudul "Membimbing Kelompok Kecil untuk Mengubah Hidup" (Gloria Graff, halaman 23) menjelaskan tentang Misi dari Kelompok Kecil, yaitu: Membangun Komunitas untuk Menjangkau Komunitas. 

Menghubungkan orang dalam kelompok-kelompok 4-10 orang, yang bertemu secara teratur untuk tujuan yang sama, dan dipimpin oleh pembimbing yang dikenal, yang membantu mereka bertumbuh dalam ketaatan penuh kepada Kristus, dengan sengaja menyediakan wadah untuk berhubungan, berkomunikasi, dan bertumbuh secara rohani. Seperti Yesus yang menjadi Role Model bagi para murid, maka mereka memodeling figur Yesus Kristus sang guru mereka.

 Menurut Bill Donahue, Kelompok Kecil memiliki mandat untuk perubahan hidup secara rohani bagi anggotanya. Para anggotanya harus menjadi semakin serupa dengan Yesus. Untuk itu kita harus menanggalkan manusia lama yang serupa dengan dunia ini dan terus mengenakan manusia baru, hingga semakin serupa dengan Kristus. 

Hal tersebut senada dengan Kolose 3:9-10 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya. Yesus haruslah menjadi Role Model sejati yang akan dimodeling atau diduplikasi pola pikir dan prilakunya dalam Kelompok Kecil. Berdasar misi dan mandat dari Kelompok Kecil tersebut, maka Kelompok Kecil dapat diibaratkan sebagai "bengkel rohani" bagi proses modeling prilaku dari Yesus Kristus sang Role Model sejati.

 Efesus 4:22-24 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. 

Sebagai "bengkel rohani", Kelompok Kecil seyogianya memfasilitasi dan mengkondisikan munculnya sifat-sifat baru dari manusia baru. Materi-materi manusia baru seperti buah Roh dan karakter-karakter Kristus disajikan secara spesifik, aplikatif dan disertai keteladanan dari pemimpin, agar dapat menjadi role model yang kuat. 

Misal: Tema yang sedang digumuli bersama adalah pengendalian diri, dimana sasaran spesifiknya adalah pengendalian lidah. Maka semua anggota akan menerapkan dan saling cross cek kemampuan mengendalikan lidah masing-masing dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian sampai di rumah para orang tua akan menjadi role model alamiah sifat-sifat baru untuk anak-anaknya. Mendidik bukan hanya dengan kata-kata tetapi dalam perbuatan. Anak-anak secara alamiah akan menduplikasi atau memodel pengendalian lidah dari orang tuanya. Sifat-sifat yang baru dari manusia baru akan diduplikasi sehingga muncul multiplikasi rohani.

Kesimpulan:

Dalam usaha pembinaan warga Gereja, maka kelompok kecil dapat diberdayakan. Melalui metode pembelajaran modeling, maka proses belajar bisa berjalan lebih inspiratif, efektif dan efisien. Menjadi semacam "bengkel rohani" yang akan memodel dan menduplikasi Yesus Kristus dan para tokoh iman dalam Alkitab. Kemudian para orang tua bertanggung jawab untuk menjadi role model hidup bagi anak-anak dan kelurganya. Diharapkan anak-anak dengan mudah dan alami dapat menduplikasi sifat-sifat manusia baru dari orang tuanya. Karena tindakan selalu bicara lebih kuat daripada perkataan.

Soli Deo Gloria.

  •  
  • Sumber:
  • 1. Ismail Andar, Awam & Pendeta Mitra Membangun Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
  • 2. Sidjabat B.S, Pendewasaan Manusia Dewasa, Bandung: Kalam Hidup, 2014.
  • 3. Santrock John W, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2007.
  • 4. Blanchard Ken, Lead Like Jesus, Tangerang: Visimedia, 2006.
  • 5. Bavister Steve, NLP For Personal Success, Yokyakarta: Pustaka Baca!, 2009.
  • 6. Donahue Bill, Membimbing Kelompok Kecil Untuk Mengubah Hidup, Yokyakarta: Gloria Graffa, 2010.
  • 7. Putman Jim, Discipleshift, Yokyakarta: Yayasan Gloria, 2016.
  • 8. Schwarz Christian A, Tiga Warna Komunitas, Jakarta: Metanoia Publishing, 2014.
  • 9. Rusman, Model -- Model Pembelajaran, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun