Selain itu, kurangnya literasi digital di kalangan pelaku agribisnis tradisional menjadi tantangan lain yang harus diatasi.(Seminar & Sarwoprasodjo, 2019) Banyak petani dan pengusaha kecil yang belum memahami bagaimana teknologi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan keuntungan usaha mereka.Â
Ketidaktahuan ini sering kali menyebabkan ketakutan terhadap perubahan, sehingga mereka enggan mencoba hal baru. Untuk mengatasi masalah ini, pelatihan dan pendampingan intensif sangat diperlukan, baik dari pemerintah maupun pihak swasta, agar pelaku agribisnis lebih percaya diri dalam memanfaatkan teknologi digital.
Tantangan lainnya adalah persaingan yang semakin ketat dengan masuknya pemain baru dari sektor teknologi. Startup teknologi agribisnis yang lebih memahami dunia digital sering kali mengungguli pelaku tradisional dalam menjangkau pasar dan menciptakan produk yang inovatif.Â
Jika tidak beradaptasi, pelaku agribisnis konvensional berisiko kehilangan pangsa pasar mereka. Oleh karena itu, kolaborasi antara pelaku tradisional dan startup teknologi dapat menjadi solusi strategis untuk menciptakan ekosistem agribisnis yang inklusif dan berdaya saing.
Untuk menghadapi tantangan transformasi digital, pelaku agribisnis dalam hal ini pak Acip perlu  aktif dalam mengikuti pelatihan digital yang ditujukan bagi petani dan pengusaha agribisnis. Pelatihan ini dapat membantu meningkatkan literasi teknologi, seperti penggunaan aplikasi pertanian, strategi pemasaran digital, hingga pengelolaan data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.Â
Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah dan startup teknologi agribisnis sangat penting untuk memperluas akses digital, misalnya melalui penyediaan jaringan internet di pedesaan atau pengembangan aplikasi yang ramah pengguna.Â
Bagi pelaku usaha dengan anggaran terbatas, memulai pemasaran digital bisa dilakukan dengan langkah sederhana, seperti memanfaatkan media sosial untuk promosi, membuat konten menarik, atau menjalin kerja sama dengan influencer lokal untuk meningkatkan visibilitas produk. Langkah-langkah ini, meski sederhana, dapat memberikan dampak besar dalam menjangkau pasar yang lebih luas dan membangun kepercayaan konsumen.
Melalui digitalisasi pemasaran, pendapatan pak Acip dapat meningkat. Melon dan semangka yang awalnya hanya dijual di pasar tradisional kini menjangkau pembeli dari berbagai kota besar di Kalimantan barat. Selain itu, pemanfaatan digital marketing dalam agribisnis mereka menjadi inspirasi bagi petani lain untuk mengadopsi teknologi digital dalam pemasaran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H