Malam itu taxi melaju dengan kecepatan sedang, membelah keramaian Jakarta yang masih menyisakan sisa gerimis setelah sejak sore setia diguyur hujan.
Seperti biasa aku selalu memulai percakapan dengan Bapak sopir taxi, bagiku mengobrol dengan para sopir taxi selama perjalanan adalah suatu ritual yang menyenangkan karena dari mereka aku selalu mendapatkan berbagai kisah yang menarik.
"Nama saya Joko Prabowo, Bu..." ujarnya memulai percakapan.
Aku terpana, mungkin orang tua bapak ini tidak pernah menyangka kalau dua nama yang diberikan untuk anaknya ini, sekarang menjadi trending topik di Indonesia setidaknya untuk beberapa bulan terakhir.
"Ha...ha, Ibu pasti akan bertanya dalam pemilu nanti saya akan pilih siapa ya, itu pertanyaan hampir seluruh penumpang yang tahu nama saya," ujarnya sambil tertawa.
Saya ikut tertawa, "Lalu Bapak jawab apa?"
"Wah saya belum menentukan pilihan Bu, bingung karena dua orang itu berpadu dalam nama saya, saya tidak mau mengkhiananti keduanya dengan memilih salah satu dari mereka."
Saya mencoba memancing pendapatnya, "Bagaimana kalau Bapak pilih capres yang memberikan janji menciptakan kesejahteraan?"
Bapak itu tertawa,"Siapapun yang terpilih, saya tidak akan berubah menjadi lebih baik, tetap aja harus kejar setoran, bayar cicilan mobil, dikejar hutang pinjaman waktu anak saya masuk rumah sakit, karena kesejahteraan itu harus saya usahakan sendiri, urusan saya pribadi bukan urusan para capres."
Aku mengangguk-angguk, berarti tawaran kesejahteraan tidak berpengaruh bagi sebagian pemilih, contohnya bapak ini, lalu apa?.
"Terus seandainya Bapak milih,berdasarkan apa?" tanya saya penasaran.