Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Segala Sesuatu Ada Waktunya

27 Juni 2021   21:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   20:59 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Percakapan sederhana ini pun menunjukkan bahwa tidak semua hal berjalan dengan lancar dan sebaik ingin.

Ada kalanya kita membuka usaha, ada juga kalanya harus menutup. Ada kalanya banyak pembeli ada kalanya sedikit yang singgah. Ada kalanya harga naik ada juga kalanya turun. Di saat naik mungkin resah demi resah berlomba-lomba dilontarkan tanpa menimbang. Namun, saat turun resah demi resah juga tak kalah tersampaikan buat mereka yang terdampak. Segala sesuatu ada waktunya.

Tidak apa-apa untuk menjadi biasa, tidak apa-apa untuk menjadi tidak luar biasa, bukan masalah jugga untuk menjadi luar biasa. Segala sesuatu ada waktunya. Teringat, di kala kecil semuanya harus dilakukan dengan cepat. Menangis menjadi pilihan kala keinginan tidak terpenuhi. Kita menjadi terburu-buru hingga lupa bahwa orang lain pun punya ingin yang sama. 

Kita menjadi mudah menyesal dan lupa bahwa kita tidak sedang sendirian menanggung sebuah beban. Segala sesuatu ada waktunya. Masanya yang tidak menentu kadang menekan dan membuat kita merasa berada di titik yang salah. Padahal, banyak orang yang juga sedang berada di tiik yang sama dan ingin berjuang dari titik itu.

Menyadari bahwa segala sesuatu ada waktunya memberikan celah kecil untuk kita meneropong keajaiban yang besar. Kita butuh sabar untuk mencapai sesuatu. Terburu-buru menjebak kita dalam kenikmatan semata, memaksakan kita untuk mencapai titik teratas dan ternyaman hingga lupa bahwa jarum jam tidak selalu berada di angka dua belas. 

Sabar adalah kunci yang membuat kita sadar bahwa kita sedang berada pada proses yang belum sempurna. Kita sedang melalui fase-fase yang membuat kita menjadi tajam dan tabah. Untuk menjadi tajam kita perlu di asah berkali-kali. Namun, kita harus ingat seiring kita berproses tidak semua hal bisa kita kerjakan.

Berhentilah untuk berpacu dengan kencang. Berhenti adalah pilihan. Kita memilih untuk mengevaluasi, menyusun kembali strategi, mempertahankan hal-hal baik yang sudah terjadi, atau memilih meninggalkan hal-hal yang tidak diperlukan. Berhenti pun ada waktunya. Tidak selamanya kita mampu berjalan tanpa letih di antaranya. Seperti Adu Jalan Jauh dengan peserta yang tesisa 7 orang sedangkan yang lainnya gugur. 

Mereka membutuhkan waktu untuk meluruskan kakinya, mengingat tujuan akhir, memeriksa alas kaki, dan memilih untuk lanjut atau mengakhiri perjalanan yang jauh.

Segala sesuatu ada waktunya, tidak perlu terburu-buru untuk menjadi dewasa. Tidak perlu melangkahi proses atau mengabaikan tahap-tahap yang ada.

Kita perlu proses dan tahap untuk menjadi dewasa. Kita butuh kesabaran, kita butuh istrahat. Memilih untuk melakukan semuanya secara cepat hanya akan membuat kita lelah dan kehabisan energi. 

Berjalanlah dengan kedua kaki, menambah kaki hanya akan memberi beban untuk kita tiba di akhir. Segala sesuatu ada waktunya untuk kita menyelesaikan dan mencapainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun