"Coba cek saldoku, nice kan?"
"Ini pasti penipuan"
"Ya udah kalau ga percaya, pikir-pikir dulu deh. Besok aku tunggu kabar darimu"
Aku menyetel suara televisi agar suaranya tidak jelas terdengar. Namun, ia kembali di depan pintu menanyakan bayaran makanan yang kupesan di kafe tadi. Aku menolak uang yang ditinggalkannya di meja. Aku tidak ingin gratifikasi atau lain-lainnya.
***
Pagi itu aku yang memulai chat. Penasaranku menggebu-gebu. Aku sudah tidak ingin membebankan orang lain dengan kebutuhanku yang semakin banyak di kota besar. Setelah menelan ludah dan mematahkan kekehnya perkataanku, aku mengemis meminta dibuatkan akun. Aku menyetor uang sejumlah yang tertera dalam chat lalu klik kirim. Uang yang menjadi modal itu pun dalam sebulan membengkak dan berkembang pesat. Berganda-ganda dan berlipat keuntungannya. Aku meneruskan hingga mencapai target, setiap pagi aku rutin mengecek saldo dan memastikan sudah mengunggah pesanan. Hari-hari begitu bahagia.
***
"Bro, akunnya terkunci?"
"Maksudnya gimana?"
"Kok ga ada pesanan?"
"Oh, hari libur memang begitu. Sistemnya secara otomatis terkunci."