Akan tetapi, kau tidak menaggalkan jaket hitam karena yang kamu miliki htidak bewarna sama denganku. Kau mengenakan jaket putih. Aku terserang kaget ketika pintu kamarmu terbuka, dalam hati aku berpikir sangat cepat bagimu untuk bersiap-siap menempuh perjalanan yang telah lama tidak lagi meninggalkan jejak langkah-langkah kita.Â
Prasangkaku bahwa yang keluar dari pintu dan tentang kecepatanmu meredup seketika. Seorang wanita berambut acak-acakan meraih sandal jepit dan menuju ke toilet. Ia tentu adalah kakak kamarmu yang merebahkan diri sepanjang hari dan mengalami penurunan kadar ADH. Ini hanya prediksiku memandang penampilannya yang belum siap untuk ditemui banyak orang.Â
Hingga pukul 16.15 WIB batang hidungmu tidak juga kutemui, inilah yang membuatku resah dengan jadwal dadakan yang belum tentu akan berlangsung sesuai prediksi awal.Â
Aku heran memandang setiap lorong yang dilalui hanya ada kata kelompok yang selalu ditemui.Â
Ada kelompok belajar, ada kelompok cerita, ada kelompok yang terpaksa untuk menyelesaikan tugas, ada kelompok pecinta gawai, ada kelompok bersantai, ada kelompok yang seharusnya tidak menjadi kelompok. Layaknya kita membuat kelompok perebah lelah.Â
Baju merah melekat ditubuhmu seketika menggambarkan bahwa engkau sangat bersuka memulai hari ini dengan perjalanan yang berujung di SPH. Ada hal yang membuatku kagum darimu sebagai seorang kakak. Tidak jauh dari pandangan positif tentang mengayomi,
"Kamu mau ikut?"
"Kemana?"
"Ke SPH, lari"
"Serius?"
"Ya udah kalau ga mau"