Mohon tunggu...
Helga Pratama Sari
Helga Pratama Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik pada bidang bahasa dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

The Power of Netizen dalam Poster Film Budi Pekerti

23 November 2023   08:00 Diperbarui: 23 November 2023   08:14 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/filmbudipekerti

Dalam mengkaji sebuah poster film erat kaitannya dengan kajian semiotika. Kajian ini mempelajari suatu tanda untuk mengetahui bagaimana tanda tersebut berfungsi dan menghasilkan suatu makna. Teori semiotika yang paling sering digunakan adalah teori Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes. Teori semiotika yang dikemukakan oleh Roland Barthes akan berfokus pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. Poster film menjadi salah satu bentuk media promosi untuk menyebarluaskan film yang sedang atau akan tayang. Poster juga biasanya memiliki daya tarik tersendiri karena memuat hal-hal yang akan ditayangkan dalam filmnya. Dalam poster sebuah film pasti ditemukan simbol dan makna tersembunyi yang berkaitan dengan film tersebut.

Film Budi Pekerti merupakan salah satu film karya anak bangsa yang sangat layak untuk diapresiasi. Terbukti bahwa film Budi Pekerti ini juga menjadi salah satu film yang membawa nominasi terbanyak dalam Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 2023. Tokoh utama dalam film ini berisikan satu keluarga sebanyak empat orang. Bu Prani (Sha Ine Febriyanti) adalah seorang guru BK SMP di kampungnya yang mempunyai suami bernama Pak Didit (Dwi Sasono) yang sedang mempunyai penyakit gangguan mental, serta kedua anaknya Tita (Prilly Latuconsina) dan adiknya yang bernama Muklas (Angga Yunanda). Konsep film yang diambil sangat erat kaitannya dengan media sosial masa kini yang mana terkadang netizen melihatnya hanya dari satu sudut pandang saja, dalam film ini memperlihatkan penontonnya dari perspektif yang lain. 

Secara garis besar, film ini menceritakan seorang guru BK (Bu Prani) yang mempunyai kesalahpahaman antara pengunjung dan penjual kue putu di pasar. Hal ini menjadi masalah yang sangat besar karena tersebarnya video Bu Prani menggunakan nada tinggi kepada pengunjung dan penjual kue putu di pasar. Niat Bu Prani baik untuk menegur pengunjung lain yang menyerobot antrian. Tetapi seperti halnya yang terjadi di media sosial Indonesia yang mudah sekali tersulut dengan potongan video sepersekian detik membuat Bu Prani dan keluarganya mempunyai masalah besar. Masalah besar inilah yang menjadi alur utama dalam film Budi Pekerti.

Dengan alur film yang sebegitu kompleksnya, dalam posternya pun sudah tergambar beberapa poin masalah yang kemudian dikembangkan dan dijelaskan di dalam filmnya. Beberapa simbol yang hadir dalam posternya akan dijelaskan dalam poin poin berikut;

 1. Dominasi Warna Biru dan Kuning

Dominasi warna biru dalam poster Budi Pekerti menunjukan rasa sedih dan pilu, kemudian didorong dengan ekspresi pemain yang tidak menunjukan senyum mereka semakin bisa dimaknai dengan perasaan yang tidak bahagia. Warna dominasi biru dan kuning dalam poster film Budi Pekerti ini juga berkaitan dengan warna buku paket mata pelajaran PMP (sekarang PKN) pada jaman dahulu.

2. Ringlight

Dalam poster Budi Pekerti juga terdapat ringlight yang identik dengan content creator atau orang orang yang bekerja di depan kamera. Hal ini menjelaskan bahwa salah satu tokoh utama dari film Budi Pekerti ini merupakan seorang content creator, yakni Muklas, anak bungsu dari keluarga Pak Didit dan Bu Prani. Selain itu juga penempatan ringlight di dalam poster menunjukan bahwa banyak sekali adegan-adegan yang menggunakan ringlight untuk membuat video klarifikasi atas semua yang dilakukan oleh Bu Prani dan keluarganya.

3. Setelan Pakaian yang Dikenakan

Hal yang dapat disoroti kembali dalam poster film Budi Pekerti adalah mengenai pakaian yang dikenakan oleh para tokohnya. Setelan pakaian yang dikenakan oleh Bu Prani sangat identik dengan setelan guru hari ini. Hal ini sangat erat kaitannya dengan profesi yang sedang dijalaninya yakni sebagai guru SMP. Selanjutnya, setelan baju yang dikenakan oleh Tita adalah outfit masa kini yang identik dengan komunitas tertentu, dalam hal ini adalah Tita mempunyai band indie bersama teman temannya yang memiliki tujuan yang sama. Tokoh Muklas juga mengekspresikan dirinya lewat setelan pakaian yang dikenakannya, dalam hal ini adalah seorang content creator yang masih terbilang baru dan belum mempunyai modal yang cukup. Sehingga pakaian yang dikenakan Muklas terlihat sangat sederhana dan tidak terlalu mencolok. Terakhir, tokoh Pak Didit juga berkekspresi lewat setelannya, yakni sebagai figure seorang Ayah yang nyaris menjadi inferior karena sedang mengalami penyakit bipolar. 

4. Smartphone yang Dipegang oleh 'Netizen' 

Penempatan smartphone atau gawai yang dipegang oleh 'Netizen' ini diletakan di bawah poster yang mana terkadang sebagai orang awam tidak akan memerhatikan hal tersebut. Padahal makna yang digambarkan sangat mudah untuk dipahami, yakni bagaimana netizen ini hanya melihat dari satu sisi saja, dalam kasus Bu Prani ini hanya menilai dari potongan video yang tidak lebih dari 15 detik. Ini juga menggambarkan bahwa betapa kerasnya media sosial yang setiap orang dapat dengan mudah untuk mengaksesnya. 

Itulah beberapa poin dan detail yang bisa didapatkan dari poster film Budi Pekerti. Bisa jadi, detail detail kecil yang ada dalam poster film Budi Pekerti ini mungkin menjadi 'kunci' dari keseluruhan film. Dengan hal ini, para pembaca dan penonton di Indonesia setidaknya harus mengetahui bahwa ada film dalam negeri yang menggaungkan isu isu masa kini yang dikemas secara padat namun dibuat untuk berpikir sejenak mengenai apakah kita sendiri pernah menuliskan komentar tidak baik kepada orang lain? Atau malah kita yang menjadi sasaran dari kesalahpahaman yang terjadi di internet? Dalam film ini, semua hak itu dibahas secara mendalam dan tentunya membuka banyak perspektif baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun