MInangkabau  adalah daerah yang kaya akan ilmu dan alamnya, salah satu hal yang menjadi identitas dan khas dari Minangkabau adalah kesusasteraannya. Kesusasteraan Minangkabau banyak mengandung ungkapan yang plastis dan penuh dengan klasan, sindiran, perumpamaan atau ibarat, petatah, petitih, mamangan, dan sebagainya yang dikategorikan para ahli sebagai peribahasa.
Berikut adalah pembahasan lebih rinci tentang kesusasteraan Minangkabau :
Pantun
Buah kesusasteraan MInangkabau yang paling penting adalah pantun, kaba, dan pidato. Pantun menjadi yang utama di antaranya karena orang Minangkabau suka sekali berpantun, pantun dipakai menjadi buah bibir, bunga kaba, dan hiasan pidato. Dimanapun kondisinya orang Minangkabau biasanya memakai pantun, bisa dalam percakapan, sedang berjualan, menyanyi, ataupun merenung. Pantun juga memiliki beberapa ragam yaitu seloka, talibun, gurindam, pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun suka, dan pantun duka.
Kaba
Jika dilihat dari isi ceritanya, kaba dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori klasik, dan yang baru. Kaba yang dikategorikan kaba klasik adalah kaba yang diangkat dari hikayat. Contohnya hikayat Malin Deman, Menjadi Kaba Malin Deman. Tambo seperti tambo Pagaruyung diolah menjadi kaba Cindur Mato. Peristiwa sensasional pun bisa diangkat menjadi kaba, seperti kaba Si Sabariah Sabariah mati dibunuh suaminya).
Pidato
Gaya bahasa pidato dan ungkapannya merupakan hasil kesusasteraan yang sama mutunya dengan kaba atau pantun. Kalimat pidato panjang-panjang, setiap kalimat mempunyai banyak anak kalimat. Bentuk kalimat pidato lazim menjajarkan berbagai ungkapan yang sinonim sebagai penegasan masalah yang dibicarakan atau sebagai bunga pidato. Pidato mengandung banyak pepatah petitih, mamangan, pituah, dan pameo yang merupakan bahasa hokum, undang-undang, ajaran moral, dan etik.
Pepatah
Dalam pidato adat dalam perjamuan, atau dalam pidato persembahan akan selalu diucapkan pepatah, peitih secara beruntun. Ada kalanya ditambah dengan adat sehingga menjadi pepatah petitih adat. Kalimat pepatah ialah kalimat yang mendukung dasar falsafah Minangkabau yang bersumber dari alam terkembang menjadi guru.
Petitih
Bentuk kalimat petitih sederhana seperti pepatah. Dalam pidato, petitih diucapkan setelah pepatah sehingga menjadi pepatah petitih. Kaitan antara pepatah dan petitih disebut mamang. Jika dilihat pada isinya, kalimat petitih bertolak dari kalimat pepatah dengan menyisipkan satu atau dua kata, kata sisipan itu merupakan norma falsafah Minangkabau yang dijadikan hokum antara sesame manusia.
Mamang
Mamangan lazim juga disebut mamang, kalimatnya mengandung arti sebagai pegangan hidup, sebagai suruhan, anjuran, dan larangan. Bentuk kalimatnya berupa dua bagian kalimat yang masing-masing terdiri dari dua sampai empat buah kata.
Pituah
Pituah merupakan kalimat yang bermakna sebagai kata berhikmah atau kata mutiara yang diucapkan orang bijaksana atau orang tua. Bentuknya merupakan dua bagian kalimat yang masing-masing terdiri dari dua sampai empat buah kata.
Pemeo
Pemeo merupakan kalimat yang jika dilihat isinya berbentuk sungsang atau hal-hal yang tidak mungkin jadi. Pemeo merupakan hasil sastra yang khas di Minangkabau.
Sumber Referensi
A.A Navis.1984. Alam Terkembang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta : PT Temprint.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H