Mohon tunggu...
Helenerius Ajo Leda
Helenerius Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - Freedom

Borjuis Mini dan Buruh Separuh Hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Carita Anak-anak Alam

17 Juni 2020   13:24 Diperbarui: 17 Juni 2020   13:26 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berjalannya hari, kami pun menjadi sangsi, suatu hari mungkin mata air kami bisa dihitung dengan jari. Itu pasiti..! karena mesin pencakar langit kini parkir di kampung kami. Mau menggusur hutan-hutan kami, pohon-pohonnya diambil mau dikirim keluar negri. Diatas tanah yang digusur itu katanya mau digali dan di lobangi, mau ditambang. Gubernur kami bilang itu semua untuk memperkecil ratio gini. Mereka juga bilang, kami bisa sekolah tinggi, dan orang tua kami dapat gaji, asal mau serahkan seluruh tanah-tanah itu kepada mereka. 

Mata air kami yang berjumlah seribu dimungkinkan tak dapat diwarisi ke cucu lagi. Orang tua kami pun melawan dan  resistensi atas janji-janji ilusi gubernur.  Kami masih melawan kawan..., ia kita harus melawan sekuat-kuatnya, sehormat-hormatnya

Kami terus duduk enggan membisu, mamparodikan kehidupan yang senantiasa didisiplinkan oleh kapitalisme. Semestara diluar sana, gerimis juga enggan menepi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun