Mohon tunggu...
Helenerius Ajo Leda
Helenerius Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - Freedom

Borjuis Mini dan Buruh Separuh Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

New Normal dan Manajemen Risiko

1 Juni 2020   22:56 Diperbarui: 1 Juni 2020   22:55 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Wikipedia, "manajemen resiko merupakan suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Startegi dapat diambil antara lain dengan menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengolahan sumberdaya".

Dengan demikian dapat disimpulkan manajemen resiko merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kegagalan, ancaman atau becana yang tidak diinginkan. Upaya-upaya ini dilakukan secara terencana, terstruktur dengan pendekatan-pendekatan yang holistik dan terintegratif.

Dalam konteks ini hal yang tidak dinginkan terjadi adalah krisis ekonomi dan krisis kesehatan akut akibat ancaman virus corana. Oleh karena itu dengan melakukan manajemen resiko mengharuskan kita untuk mengakomodir dua unsur kehidupan (ekonomi dan kesehatan) yang sama penting ini, agar paling tidak dapat meminimalisir kemungkinan-kemungkinan buruk yang bakal terjadi dari ancaman corona yang belum pasti kapan berakhir.

Lanatas pertanyaanya adalah bagaimana melakukan manajemen resiko dengan pendekatan fungsionalisme struktural dalam kasus ini?

Fungsionalisme struktural memandang bahwa masayarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian atau elemen-emelem yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan (Ritzer, 2012). 

Bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa adanya hubungan dengan bagian yang lainnya. Ekonomi dan kesehatan adalah dua elemen yang saling berhubungan dan satu kesatuan dalam suatu sistem masyarakat dan bernegara yang perlu dipertahankan keseimbangannya. 

Agar setiap sistem dapat mempertahankan keseimbangannya, menurut pandangan fungsinalisme struktural Parnonian, maka setiap sistem harus memenuhi empat syarat fungsional yang kenal sebagai skema AGIL, yaitu: i) adaptasi; ii) pencapaian tujuan (goal attainment); iii) integrasi; dan iv) pemeliharaan pola laten/pengelolaan tekanan (latent pattern-maintenance/ tension-management) (Ritzer, 2012).

Adaptasi; yaitu fungsi penyesuan diri. Sistem sosial menghadapi lingkungannya dan menanggulangi situasi eksternal. Setiap sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhannya. 

Fungsi adaptasi mencakup upaya menyelamatkan sumber-sumber yang ada dilingkungan dan kemudian mendistribusikannya melalui sisitem yang ada.  Setiap sistem dituntut memiliki kemampuan untuk memobilisasi setiap sumberdaya yang ada dilingkungan sehingga sisitem tersebut dapat berjalan dengan baik.

Pencapaian tujuan (goal attainment); yaitu pencapaian tujuan. Sebuah sistem harus mendifinisikan tujuan utamanya. Pencapain tujuan terakit dengan upaya menetapkan prioritas diantara tujuan-tujuan sistem yang ada, serta selanjutnya memobilisasi sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut. 

Integrasi; yaitu penyatuan atau fungsi perekat sosial. Sebuah sitem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Agar setiap sistem terintegrasi maka harus ada tindakan koordinasi dan pemeliharaan antara hubungan unit-unit sistem ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun