Mohon tunggu...
Penikmat Senja
Penikmat Senja Mohon Tunggu... Jurnalis - Staf Redaksi

Kata dan Pena

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transisi Energi yang Berkeadilan bagi Kelompok Rentan: Menuju Masa Depan Berkelanjutan

20 Juni 2024   22:24 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:01 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transisi Energi yang Berkeadilan Bagi Kelompok Rentan: Menuju Masa Depan Berkelanjutan

Transisi energi global menuju keberlanjutan menjadi agenda utama di berbagai forum internasional. Proses ini bertujuan menggantikan sumber energi fosil dengan energi terbarukan, sebagai langkah untuk mengurangi dampak perubahan iklim. 

Namun, transisi ini tidak boleh mengabaikan kelompok rentan yang sering kali menjadi korban dari ketidakadilan energi. Dalam konteks ini, "transisi energi yang berkeadilan" menjadi sangat krusial, menuntut pendekatan yang inklusif agar manfaat dari energi bersih dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Transisi energi yang berkeadilan menekankan pada distribusi manfaat energi terbarukan yang merata, termasuk bagi kelompok-kelompok yang sering kali terpinggirkan, seperti masyarakat miskin, perempuan, dan masyarakat adat. 

Hal ini penting karena ketidakadilan energi dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi. Misalnya, masyarakat miskin yang tidak memiliki akses ke energi bersih harus mengandalkan bahan bakar tradisional yang lebih berbahaya, baik bagi kesehatan maupun lingkungan.

Transisi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang

Di Indonesia, transisi energi menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal kesenjangan akses energi. Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, sekitar 7 juta rumah tangga di Indonesia masih menggunakan bahan bakar padat sebagai sumber energi utama. Hal ini menunjukkan betapa banyak kelompok rentan yang belum mendapatkan akses terhadap energi bersih.

Salah satu contoh konkret adalah di kawasan pesisir di Sulawesi Selatan, di mana masyarakat nelayan dan petani miskin menghadapi kesulitan besar dalam mengakses listrik. 

Banyak dari mereka yang masih mengandalkan lampu minyak tanah atau generator diesel yang tidak hanya mahal, tetapi juga mencemari lingkungan. Ini mengindikasikan bahwa meskipun pemerintah telah mengembangkan berbagai program elektrifikasi desa, masih banyak yang belum terjangkau, terutama di daerah terpencil.

Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, beberapa inisiatif telah dilakukan di berbagai belahan dunia yang dapat menjadi pembelajaran berharga. Di India, misalnya, program "Ujjwala Yojana" memberikan subsidi kepada keluarga miskin untuk beralih dari bahan bakar kayu ke LPG. 

Program ini tidak hanya mengurangi deforestasi tetapi juga meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin dengan mengurangi risiko kesehatan akibat asap dari pembakaran kayu.

Di Indonesia, program yang sejenis seperti "Listrik Desa" yang diluncurkan oleh PLN juga diharapkan dapat mempercepat akses energi ke daerah-daerah terpencil. Namun, agar transisi ini benar-benar berkeadilan, perlu ada pendekatan yang lebih inklusif. 

Misalnya, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya energi terbarukan, seperti panel surya atau mikrohidro. 

Pengalaman di beberapa desa di Bali menunjukkan bahwa ketika masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, proyek energi terbarukan tidak hanya lebih sukses dalam hal teknis tetapi juga dalam hal sosial dan ekonomi.

Kebijakan yang pro terhadap kelompok rentan sangat diperlukan untuk memastikan transisi energi yang berkeadilan. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang memberikan insentif bagi penggunaan energi terbarukan di kalangan rumah tangga miskin. 

Selain itu, pengembangan teknologi yang ramah lingkungan dan murah, seperti teknologi biomassa dan mikrohidro, perlu didorong lebih gencar. 

Selain itu, perlu adanya program pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, agar mereka tidak hanya menjadi konsumen energi tetapi juga aktor utama dalam pengelolaan energi terbarukan.

Kesimpulan

Transisi energi yang berkeadilan adalah sebuah keniscayaan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif, diharapkan kelompok rentan dapat merasakan manfaat dari energi bersih tanpa harus menghadapi beban biaya yang memberatkan. 

Di Indonesia, dengan komitmen dan kolaborasi semua pihak, transisi energi yang adil dan berkelanjutan bukan hanya menjadi impian, tetapi juga menjadi kenyataan yang dapat diimplementasikan secara nyata. 

Oleh karena itu, penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama bekerja menuju masa depan energi yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun