Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Mencintai Bunga-bunga Liar

24 Mei 2021   17:25 Diperbarui: 24 Mei 2021   18:32 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bunga-bunga liar (theodysseyonline.com)

Dia lalu terdiam memandangi pavling blok di bawah kakinya. Entah apa yang dipikirkannya. Laki-laki itu hanya mengamati tanpa bicara. Dia menunggu perempuan itu melanjutkan ceritanya. 

Sejujurnya dia pun mengalami hal yang sama. Dia merasa hidupnya hampa. Berkejaran-kejaran dengan waktu di hari kerja. Kadang-kadang dia harus lembur di akhir pekan. Perjalanan karirnya bisa dibilang lancar. Hidupnya bisa dibilang mapan. Tapi dia tidak merasa bahagia.

Bedanya, dia seringkali menutup telinganya dan bersikap masa bodoh kala hatinya berbicara. Kalau sedang tidak lembur, dia akan menghabiskan waktunya untuk tidur. Berharap saat bangun, dia akan melupakan kegundahan hatinya.

Tidak terasa, matahari sudah condong ke barat. Semburat kuning di langit sudah muncul. Sebentar lagi taman ini akan ditutup.

“Sepertinya sebentar lagi taman ini akan ditutup,” kata laki-laki itu.
“Iya, kamu benar. Itu orang-orang sudah pada keluar. Terima kasih ya sudah mau mendengarkan. Anggap saja ini ocehan orang gila”, ujar perempuan itu sambil tersenyum. 

“Kamu pulang ke arah mana? Mau kuantar?” tanya laki-laki itu lagi.
“Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Aku masih mau berjalan-jalan”, jawab perempuan itu.

“OK kalau begitu. Senang bertemu dan ngobrol denganmu.”
“Aku juga. Kapan-kapan kita bisa bertemu lagi di sini,” sambung perempuan itu.

Setiap minggu selama tiga bulan sejak pertemuan mereka, laki-laki itu mengunjungi taman itu. Sengaja dia  duduk di bawah kanopi dekat bunga-bunga liar tumbuh. Berharap perempuan itu muncul dan duduk di sampingnya. Sayangnya bunga-bunga liar itu tidak ada lagi di sana. Dan perempuan itu juga tidak ada di sana.

“Sayang aku tidak tanya nama perempuan itu,” ujarnya dalam hati. Tapi dia tetap menunggu, berharap perempuan itu muncul. Sampai taman itu ditutup, perempuan itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Akhirnya laki-laki keluar dari taman dan berjalan menuju ke lapangan parkir.

“Aku harap dia menemukan bunga-bunga liar di tempat lain”, kata laki-laki itu sambil mengarahkan pandangannya ke arah taman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun