Kelima, warganet dapat melihat dampak dari kemarahan yang tak terkendali. Seperti yang dikatakan pepatah di atas “Orang bijak mengendalikan kemarahannya; Orang yang bertemperamen panas menunjukkan kebodohan besar.” Emosi yang tidak terkendali seringkali justru membuat pelaku harus “membayar” mahal atas kelakuannya. Pastinya pelaku menjadi malu karena videonya yang marah-marah sudah ditonton oleh banyak orang. Bisa jadi kejadian viral ini jadi bahan omongan tetangga. Belum lagi harus berurusan dengan polisi dan jejak digital yang tidak bisa dihapus.
Keenam, ada anak dan balita yang menyaksikan kejadian ini. Sepatutnya, orang tua adalah teladan bagi anak. Dan ibu adalah guru pertama yang memperkenalkan anak kepada dunia dan yang paling banyak berperan dalam menanamkan moral dan nilai-nilai kepada anak.
Apa yang akan diteladani oleh anak-anak jika ibu melanggar aturan dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas? Jika ibu mencontohkan gaya preman seperti ini, bagaimana nantinya anak akan bertumbuh?
Mengutip perkataan Bung Karno “Kalau perempuan itu baik, maka jayalah negaranya. Tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah negara”.
Apakah dengan pelaku meminta maaf dan menempelkan materai, urusannya menjadi selesai? Kalau begini caranya, orang-orang tidak akan menghargai aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Orang-orang akan menganggap enteng aturan. Toh tinggal minta maaf dan buat surat pernyataan/surat perjanjian di atas materai. Atau diangkat menjadi duta. Kapan masyarakat akan belajar disiplin? Dan apa yang terjadi jika generasi muda mencontoh kelakukan barbar seperti ini?
Sebaiknya perlu dipertimbangkan kembali hukuman dengan cara tempel materai ini. Karena persoalan melawan aturan ini tidak saja tentang orang-orang dewasa, tapi juga generasi muda yang akan meniru kelakuan orang-orang dewasa.
Perlu diingat, anak-anak adalah generasi penerus bangsa ini. Jika orang-orang dewasa tidak dapat memberikan teladan yang baik, bagaimana kehidupan mereka di masa yang akan datang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H