Setelah paradigma saya tentang sejarah berubah, saya menjadi tertarik untuk membaca kembali sejarah ataupun novel-novel yang ditulis berlatar belakang sejarah. Kali ini, saya membaca bukan karena keterpaksaan karena mengejar nilai di sekolah, tapi karena benar-benar tertarik. Saya juga banyak menonton film-film dokumenter sejarah dari BBC ataupun National Geographic.
Dari belajar sejarah, saya mendapati bahwa banyak tragedi kemanusiaan disebabkan oleh kerakusan untuk menguasai sumber daya alam dan ekonomi, kediktatoran, kekerasan politik dan agama. Entah itu di Eropa di masa lalu yang menyebabkan runtuhnya beberapa kerajaan, di kawasan Timur Tengah yang sampai sekarang masih bergejolak, dan di Amerika Latin yang hingga sekarang masih terjadi ketidakstabilan politik. Entah itu di Myanmar, Sudan, ataupun konflik bersenjata di kawasan Afrika lainnya. Yang menyedihkan, jika masalah politik dan ekonomi dibungkus dengan agama.
Rasa kemanusiaan saya pun mulai meningkat sejak saya belajar sejarah. Saya mulai lebih peka terhadap penderitaan orang lain di belahan bumi lain, terlepas dari ras dan agama. Bahwa tragedi kemanusiaan yang terjadi bukan hanya penderitaan orang lain atau bangsa lain, tapi juga penderitaan semua orang di dunia ini. Dan sejarah memberi saya pemahaman mengapa tragedi kemanusiaan itu terjadi.
Novel-novel berlatar belakang sejarah telah berhasil membuat saya mencintai sejarah. Sejarah tidak lagi perihal bangunan monumental dan artifak-artifak mati. Sejarah adalah bagian dari hidup manusia. Jika kita bijaksana, sejarah adalah guru yang siap mengajar.
Blog competition Kompasiana yang bertajuk Sound of Borobudur semakin menambah ketertarikan saya untuk mempelajari sejarah. Saya baru tahu ternyata ada banyak alat musik terpahat di relief Candi Borobudur. Ada banyak warisan leluhur yang berharga, yang kini tersembunyi atau bahkan hilang. Ini saatnya untuk menggali kearifan para leluhur, termasuk tata kota di Trowulan. Mungkin para arkeolog, planologi dan engineer terkait dapat bekerja sama mempelajari hal-hal yang dapat kita terapkan di masa kini.
Winston Churchill berkata “history has been written by the victors – sejarah ditulis oleh para pemenang”. Apa yang ditulis oleh sejarah belum tentu benar, termasuk beberapa sejarah kelam bangsa ini yang perlu ditulis ulang. Tapi bukan berarti sejarah tidak berguna. Tinggal kita memilah mana yang harus dipercaya, mana yang tidak. Untuk itu, kita memang harus terbuka untuk terus menerus belajar, mengambil hikmah dan kearifan dari suatu sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H