Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur, Menemukan Kembali Warisan yang Tersembunyi

12 Mei 2021   20:10 Diperbarui: 12 Mei 2021   20:13 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: japungnusantara.org

Cukup mengejutkan bahwa pada abad 8, leluhur kita sudah memiliki ansambel orkestra yang bermain bersama. Ini berarti para leluhur kita sudah mengenal komposisi, aransemen, progesi dan aspek musikal yang cukup modern. Berbagai jenis alat musik yang dipahat pada relief Candi Borobudur masih tetap dimainkan hingga saat ini. Alat-alat musik tersebut tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan di lebih dari 40 negara di seluruh dunia.

Relief alat-alat musik ini menjadi bukti bahwa Borobudur pusat musik dunia pada masa lampau. Tidak ada situs-situs lain di dunia pada masa itu yang menampilkan relief alat musik sebanyak yang ada di Candi Borobudur. 

Borobudur merupakan titik pertemuan lintas bangsa dan lintas budaya dimana sebagian dari alat-alat musik tersebut di bawa dari luar untuk dipentaskan di Borobudur. Atau sebaliknya, berawal dari Borobudur, alat-alat musik tersebut menyebar ke segala penjuru nusantara dan berbagai belahan dunia. Relief alat musik ini juga menunjukkan bahwa leluhur kita memiliki hubungan yang harmonis dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

sumber: japungnusantara.org
sumber: japungnusantara.org

Sound of Borobudur, Menemukan Kembali Warisan yang Tersembunyi Selama Berabad-Abad

Ditemukannya relief alat musik pada panel relief Karmawibhangga Candi Borobudur seperti menemukan kembali warisan yang selama ini tersembunyi selama berabad-abad. 

Kassian Cephas mengabadikan foto-foto alat-alat musik yang terdapat di relief Karmawibhangga. Terinspirasi oleh foto-foto Cephas, Trie Utami, Redy Eko Prasetyo, Bachtiar Djanan dan Indri Kimpling Suseno mencoba merekonstruksi, merevitalisasi dan menginterprestasikan alat musik yang tergambar di relief Karmawibhangga. Ide inilah yang melahirkan Sound of Borobudur, sebagai upaya anak bangsa untuk menggali dan mengenal lebih dalam kebesaran peradaban leluhur masa lampau, khususnya melalui alat musik.

Sebagai permulaan, dilakukan rekonstruksi 3 buah alat musik dawai pada relief Karmawibhangga nomor 102 (gasola), 125 (solawa) dan 151 (gasona) dengan menggunakan material kayu jati Baluran. 

Oleh karena tidak adanya jejak dokumen historis bagaimana bunyi masing-masing alat-alat musik tersebut, maka menginterprestasikan bunyi alat musik ini bukanlah hal mudah. 

Ke-3 dawai ini ditampilkan pertama kali di depan publik pada acara Sonjo Kampung yang bertempat di Omah Mbudur. Selanjutnya, alat-alat musik ini diperkenalkan lebih luas pada acara pembukaan Borobudur Cultural Fest pada tanggal 17-18 Desember 2016 di lapangan Lumbini yang berada di area Candi Borobudur. Waditra berdawai dimainkan dalam lagu berjudul Padma Swargantara yang menjadi anthem di Borobudur Cultural Feast.

Anthem Patma Swargantara merupakan perpaduan bunyi instrumen tradisional dengan aransemen musik modern, kolaborasi masa lampau dan masa kini, sinergi warna timur dan barat. Ini menjadi perlambang bahwa bunyi dari Borobudur sebagai suara keluhuran jiwa dan sumber pengetahuan warisan leluhur kita, dapat menembus batas ruang dan waktu, lintas generasi, lintas budaya, lintas disiplin ilmu, lintas etnis dan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun