Nah, kalau generasi gen Z yang ditanya biasanya seputar kuliah. “Kamu kuliah di mana, Bram?”. “Di universitas anu, Om”. “Kok kuliah di swasta sih? Kok gak kuliah di ITB, UI”. “Anu om, saya gak lolos ujian SBMPTN”. “Makanya belajar yang rajin, dong. Itu si Ali bisa masuk UI, kedokteran lagi”. Bram yang tadinya akrab dengan sepupunya si Ali, malah jadi menjauh. Malas dibanding-bandingin. Atau si Anto yang kuliah di jurusan perpustakaan juga tak luput dari ke-KEPO-an si tante. “Kamu udah semester berapa, Anto?”. “Sudah semester 8, Tante”. “Oh, bentar lagi lulus dong?”. “Doain ya, Tante”. Si om ikut bertanya “Kamu kuliah jurusan apa, Anto?”. “Jurusan perpustakaan, Om?’. “Lah, terus nanti kalau lulus, kamu jadi penjaga perpus? Gak ada masa depannya dong?”. Anto pun diam seribu bahasa. Percuma menjelaskan, pikirnya.
Akhirnya setelah pulang ke rumah masing-masing, bukan bahagia yang dirasa. Masing-masing jadi kepikiran omongan saudara-saudara. Kumpul keluarga yang tadinya diharapkan melepas rindu, berubah jadi buat hati gundah gulana. Masalah KEPO kebablasan ini tidak saja dijumpai saat berkumpul bersama keluarga. Dalam hidup sehari-hari juga banyak dialami. Dari tetangga, teman kantor, teman kuliah dulu, hingga orang-orang yang baru pertama kali kenal. Semuanya mau tahu urusan orang lain. Dan sedihnya mereka bertanya bukan karena benar-benar peduli dengan kebahagiaan kita. Yang ada cuma KEPO dan nyinyir. Dasar warga tambah enam dua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H