Mohon tunggu...
HELDA QIBTIYAH
HELDA QIBTIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwi

Mahasiswi Ilmu Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengaruh Bangsa Hadrami Terhadap Pengajaran Islam di Batavia

25 September 2024   18:06 Diperbarui: 25 September 2024   18:06 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nusantara yang terletak di jalur perdagangan membuatnya banyak dikunjungi bangsa asing sebagai lokasi persinggahan. Bangsa Asing yang banyak melakukan kontak dengan pelabuhan di Nusantara kala itu salah satunya berasal dari Bangsa Arab. Orang-orang Arab ini kebanyakan dari wilayah Hadramaut, Yaman yang memiliki maksud kedatangan untuk sekedar berdagang dan juga ada yang bermaksud untuk menetap dan tinggal di Indonesia untuk memperbaiki kehidupan ekonominya. 

Batavia dengan Pelabuhan Sunda Kelapa nya menjadi wilayah yang banyak didatangi dan dimiliki oleh pendatang Asing. Masyarakat Timur Asing di Hindia Belanda mayoritas hidup secara berkoloni dengan bangsanya. Mereka membentuk pemukiman kolonial di wilayah pesisir pantai. Setelah adanya kebijakan pembatasan di tahun 1843, masyarakat asing diharuskan untuk bermukim di suatu lokasi yang sama dengan koloninya. Bangsa Arab yang menjadi salah satu etnis asing terbesar di Hindia Belanda turut membentuk perkampungannya yang berlokasi di Pekojan. Mereka kemudian hidup berkoloni dan membangun hubungan dengan masyarakat lokal. 

Proses masuknya Islam ke Batavia

Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan masuknya islam ke Nusantara. Dimulai dari Teori Arab yang menyatakan bahwa islam masuk ke nusantara pada abad ke-9, Teori Gujarat yang meyakini bahwa islam masuk pada abad ke-13, Teori Persia yang menyatakan bahwa islam masuk pada abad ke-10, serta Teori Cina yang menganggap bahwa islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7. Dari semua teori itu sebagian besar menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang yang singgah maupun menetap di sekitaran pelabuhan nusantara. Para pedagang yang menetap itu kemudian berbaur dengan masyarakat hingga membentuk ikatan pernikahan yang kemudian menjadi salah satu jalur terjadinya proses islamisasi di Nusantara. 

Di wilayah Batavia sendiri diperkirakan islam mulai menyebar di Batavia sejak abad ke-12 karena banyaknya para pedagang muslim yang singgah di Batavia. Beberapa peneliti mengatakan bahwa penyebaran islam secara masif di Batavia dipengaruhi oleh murid-murid dan Syekh Quro yang menjadi penyebar islam di Karawang dan sekitar pantai utara Jawa pada abad ke-15. Syekh Quro dan murid-muridnya yang tersebar ke berbagai wilayah termasuk ke Batavia banyak mendirikan masjid dan pesantren sebagai tempat untuk menyebarkan ajaran Islam. Penyebaran islam semakin terasa di Batavia setelah jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan Fatahillah yang merupakan seorang muslim. Para penyebar islam di Batavia banyak membangun masjid sebagai tempat untuk menyebarkan ajaran islam seperti Masjid Al Alam Marunda, Masjid Al-Khairat, Masjid Luar Batang dan lain sebagainya. 

Kedatangan Bangsa Hadrami ke Batavia

commons.wikipedia.org
commons.wikipedia.org

Migrasi yang dilakukan oleh Bangsa Arab tidak terlepas dari adanya peristiwa terbunuhnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat. Hal ini yang menyebabkan terjadinya migrasi yang dilakukan oleh keturunannya yang biasa disebut dengan Sayyid Alawiyyah  ke berbagai wilayah karena adanya ancaman pembunuhan dari Dinasti Islam yang saat itu sedang memimpin karena menganggap mereka sebagai ancaman. Salah satu anggota Sayyid Alawiyyah yang melakukan hijrah ialah Imam Ahmad al Muhajir beserta keluarga dan pengikutnya ke wilayah Hadramaut di Yaman. Sejak itu keturunannya menjadi kabilah yang paling besar di Hadramaut. Kabilah ini kemudian menjadi cikal bakal dari koloni arab hadrami yang menetap dan bercampur dengan warga negara berbagai bangsa termasuk Indonesia didalamnya. 

Selain Hadramaut, orang-orang Arab juga melakukan hijrah ke wilayah Afrika, Persia, Hijaz dan juga India. Ada juga yang berhijrah ke wilayah selatan Arab dan meneruskan perjalanannya hingga nusantara. Mereka melakukan perpindahan bersamaan dengan kapal-kapal dagang yang akan menyambangi wilayah-wilayah tersebut termasuk ke Nusantara. Beberapa dari para pendatang arab itu kemudian memutuskan untuk menetap di Nusantara. Mereka yang memutuskan untuk menetap kebanyakan dari orang kelas menengah kebawah dengan pertimbangan biaya perjalanan yang cukup mahal dan kondisi keuangan mereka serta adanya keinginan perubahan kehidupan mereka dengan mencoba berhijrah ke tempat lain. 

Para pendatang yang menetap di Nusantara sebagian berasal dari Hadramaut yang kemudian disebut sebagai orang Hadrami. Koloni Arab Hadrami terbesar di Nusantara terdapat di Batavia.  Orang Hadrami banyak melakukan asimilasi dengan warga lokal terutama mereka yang datang sebelum abad ke-18. Asimilasi antara orang Arab dengan penduduk lokal ini salah satunya terjadi dalam hubungan pernikahan. Hal ini membuat mereka menghasilkan keturunan yang sudah melokal dengan penggunaan nama-nama lokal untuk anak keturunanya. Sementara kaum Hadrami yang datang ke nusantara setelah abad ke-18 lebih sedikit melakukan asimilasi dengan penduduk lokal. Pada masa ini mereka cenderung berkoloni dengan kaumnya sendiri terutama mereka yang memiliki gelar "Sayyid". Dalam aturan keluarga Sayyid mereka dilarang menikah dengan golongan diluar sayyid demi melanjutkan jalur keturunan Sayyid nya. 

Batavia sebagai salah satu wilayah yang memiliki koloni Arab terbesar di Hindia Belanda tentunya menjadi salah satu lokasi adanya perkampungan Arab yang terbentuk akibat pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah Kolonial. Orang-orang Arab Batavia ini menetap di wilayah Pekojan. Kehadiran imigran Hadrami di Pekojan mulai terlihat setelah Sayyid Abdullah bin Husein Alaydrus membangun sebuah masjid Pekojan di tahun 1750. Masjid ini menjadi simbol keagamaan komunitas Hadrami di Batavia. Hingga awal abad 19 jumlah orang Arab di wilayah ini masih terbilang sedikit. Di Akhir abad ke 19 Pekojan telah menjadi tempat tinggal orang-orang Hadrami. Sehingga kemudian orang Batavia menyebut wilayah tersebut sebagai "Kampung Arab".

Pengaruh penyebaran Islam Batavia oleh orang Hadrami

Penyebaran agama islam di Nusantara sendiri terdapat pengaruh dari orang-orang Arab. Para pendatang Hadramaut ini menyebar hingga pelosok Batavia. Keberadaan keturunan mereka masih ada hingga sekarang dengan nama keluarga yakni Alaydrus, Assegaf, Al-Habsyi, dan sebagainya. Selain itu Faktor kekeluargaan menjadi salah satu alasan kedatangan bangsa arab. Mereka bermaksud untuk menemui sanak saudara yang sudah lebih dulu tinggal di Nusantara. Nama keluarga yang dimiliki oleh bangsa arab inilah yang memudahkan mereka untuk menemui sanak saudaranya di Batavia.

Orang-orang Hadrami ikut aktif dalam penyebaran agama Islam di Batavia. sebagai bangsa yang berasal dari negeri munculnya ajaran-ajaran islam membuat mereka lebih diterima oleh masyarakat batavia dalam mengajarkan pengetahuan agama. Seperti yang dilakukan oleh Sayyid Husein Alaydrus yang mendirikan Masjid sebagai langkah awal untuk mendakwahkan agama islam. Masjid dijadikan sebagai tempat untuk berbagai kegiatan dari rohani hingga sarana kegiatan sosial.

https://islamic-center.or.id/habib-husein-bin-abubakar-alaydrus/ 
https://islamic-center.or.id/habib-husein-bin-abubakar-alaydrus/ 

Pengaruh ulama Hadrami yang terasa dalam penyebaran islam di Batavia adalah banyak didirikannya majelis taklim yang banyak dijadikan tempat menuntut ajaran Islam bagi masyarakat pribumi batavia. Para ulama ini juga berdakwah dengan mengakulturasikan budaya dari masyarakat di wilayah tersebut sehingga memunculkan kebudayaan lokal yang lebih islami. Bukti akulturasi ini masih terasa dalam beberapa majelis taklim di wilayah Jakarta pada masa modern contohnya yakni seni musik religi seperti marawis, rebana, hingga tari zapin yang diiringi oleh musik gambus. Pengaruh bangsa Hadrami ini juga terasa pada cara berpakaian dan berbahasa di masyarakat betawi. Terdapat bahasa-bahasa betawi yang berasal dari serapan bahasa Arab. Terdapat pula tradisi Haul sebagai peringatan tahunan untuk mengenang tokoh penting maupun tokoh agama yang sudah wafat. 

Pada masa politik etis, banyak bangsa Hadrami dan kaum arab yang mendirikan lembaga Islam. Abu Bakar bin Ali Shahab mendirikan lembaga islam bernama Jamiat Khair pada tahun 1901 sebagai tempat pengajaran agama dan juga pendidikan umum. Ide Abu Bakar banyak didukung oleh kaum Alawiyyin sehingga organisasi ini berkembang cukup pesat. Dari organisasi ini banyak lahir para pejuang di masa pergerakan nasional. Kemudian pada tahun 1913 lahir Jam'iyah Al-Islah wa Al-Irsyad Al-Arabiyah yang didirikan oleh Ahmad Surkati yang bergerak di bidang pendidikan. 

Peran Bangsa Hadrami di Batavia cukup banyak membawa pengaruh dalam agama islam, kebudayaan, dan pendidikan. Bangsa Hadrami berkontribusi dalam pembentukan identitas islam bagi masyarakat Betawi. Sisa-sisa pengaruhnya masih banyak terasa di kota Jakarta terutama pada majelis taklim yang tersebar di berbagai kota Jakarta terutama pada Komunitas Betawi dan Arab.

Referensi: 

Athoillah, A. (2018). "Pembentukan identitas sosial komunitas Hadhrami di Batavia abad XVIII-XX". Lembaran Sejarah, 14 (2), 150--170.

Jufri, A. (2009). Migrasi orang Arab Hadramaut ke Batavia akhir abad XVIII awal abad XIX. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Diakses dari https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28210/1/AHMAD%20JUFRI-FAH.pdf

Nurjaman, M. I., & Wardani, D. (2024). Pengaruh Islamisasi Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Batavia. Priangan: Journal of Islamic Sundanese Culture, 3(1), 18-24.Diaksis dari https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/priangan/article/view/38353/11270 

Lasmiyati, L. (2009). Penyebaran Agama Islam Di Jakarta Abad Xvii-Xix. Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research, 1(1), 76-83. DOI: http://dx.doi.org/10.30959/patanjala.v1i1.234 

Mobini-Kesheh, N. (1999). The Hadrami awakening : community and identity in the Netherlands East Indies, 1900-1942. Southeast Asia Program Publications, Southeast Asia Program, Cornell University.

Sulistiono, B. (2012). Kontribusi Komunitas Arab di Jakarta Abad 19 dan Awal Abad 20 Masehi. Diakses dari https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34121/1/KONTRIBUSI%20KOMUNITAS%20ARAB%20DI%20JAKARTA%20ABAD%2019%20DAN%20AWAL%20ABAD%2020%20MASEHI 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun