Mohon tunggu...
Heinrich Terra
Heinrich Terra Mohon Tunggu... Freelancer - COMMUNICATION

VREDE EN ALLE GOEDS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Benarkah Agama Dipermainkan Pada Film "Peekay"? Simak Artikel Berikut Ini!

17 November 2022   21:59 Diperbarui: 17 November 2022   22:15 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Film "Peekay". (Sumber: https://celebrity.okezone.com/)

Film merupakan sebuah sarana hiburan yang bisa menemani keseharian jika sedang suntuk serta merasa stress dengan berbagai kegiatan sehari-hari. Menonton film juga dapat dijadikan sebagai hobi bagi sebagian orang.

Penyajian film yang dapat memainkan suasana penonton menjadi salah satu ciri khasnya untuk menarik perhatian. Eksisnya dunia film di kalangan masyarakat maka terdapat beberapa pilihan genre film.

Namun dari banyaknya pilihan genre film yang beredar, sejatinya hanya terdapat tiga klasifikasi. Menurut Stam (dalam Astuti, 2022, h. 26) klasifikasi genre terbagi menjadi tiga yakni drama, horor, dan laga.

Dari ketiga garis besar genre tersebut muncullah beberapa klasifikasi baru berdasarkan isi cerita pada film. Genre tersebut terdiri dari komedi, perang, musikal, seni, blockbuster, black cinema, western dan orientasi seksual.

Dari banyaknya pilihan genre tersebut maka tak heran jika para penonton memiliki kesukaannya masing-masing. Kesukaan penonton terhadap suatu genre pada film akan menciptakan pemaknaan tersendiri.

Resepsi Khalayak

Pemaknaan pada sebuah isi film bisa disebut sebagai resepsi khalayak. Kemampuan resepsi khalayak inilah dapat memicu adanya berbagai sudut pandang serta perbincangan terhadap suatu film.

Tentu tidak hanya sekedar menerima pesan dari film yang diterima dalam konteks ini penonton akan mengikuti nilai-nilai yang dianut ketika menginterpretasi film. Nilai-nilai tersebut tentu akan datang dari budaya, pengalaman dan besarnya pengetahuan yang dimiliki.

Nah, ketika penonton melakukan memulai memberikan makna pada sebuah film, maka terdapat posisi yang berbeda-beda. Menurut Hall (dalam Ayomi, 2021, h. 53) terdapat tiga posisi, yakni sebagai pemaknaan dominan (dominant reading), pemaknaan oposisional (opposition reading) dan pemaknaan negosiatif (negotiated reading).

Ketiga pemaknaan tersebut tentunya berbeda pula artinya, pemaknaan dominan memiliki anggapan bahwa penonton menerima pesan dari film secara sepenuhnya. Pada posisi pemaknaan oposisional, posisi penonton akan sepenuhnya menolak pesan dari film. Sedangkan pada pemaknaan negosiatif, posisi penonton dalam memberikan makna akan berada pada dua posisi antara menerima pesan dari film dengan mempertimbangkan nilai pada dirinya.

Agar para pembaca dapat memahami konsep resepsi khalayak pada film dengan mudah, maka silakan saya akan memberikan contoh melalui film bollywood yang berjudul "Peekay" (2014) dengan genre drama/romance.

Iluatrasi FIlm
Iluatrasi FIlm "Peekay". (Sumber: https://www.deviantart.com/)

Sinopsis "Peekay" (2014)

Film "Peekay" (2014) yang dibintangi oleh Aamir Khan (PK sebagai alien) dan Anushka Sharma (Jaggu sebagai reporter TV). Pada suatu hari seorang seorang alien turun dari pesawatnya datang di bumi tanpa mengenakan pakaian dan hanya membawa remot kontrol. Hingga pada akhirnya remot kontrolnya dicuri oleh seseorang sehingga alien tersebut (PK) tidak dapat pulang sebelum remotnya ditemukan.

Dalam pencarian remot kontrolnya ia banyak mengamati kejadian di bumi seperti manusia yang berbicara, cara berpakaian, cara manusia beragama, serta kebohongan-kebohongan. Hingga pada akhirnya ia disebut oleh orang-orang yang bertemu dengannya sebagai "Peekay" yang artinya mabuk.

Pada suatu hari PK bertemu dengan Jaggu di kereta, singkat cerita Jaggu penasaran dengan kehidupan PK sehingga ia mau membantunya menemukan remot kontrol tersebut.
Suatu ketika PK merasa putus asa karena tidak menemukan remot kontrolnya lalu ia sampai berdoa dan mengikuti agama yang ia temui seperti Hindu, Kristen, Islam dan kepercayaan lainnya.

Singkat cerita, PK sampai mengungkapkan berbagai kejanggalan dalam agama-agama yang dijumpai olehnya seperti adanya praktek pemanfaatan dengan uang di kuil, menciptakan kekacauan dengan tawar-menawar di gereja. Hal itu terjadi karena PK putus asa tidak menemukan remot kontrolnya.

Puncak cerita sampai pada akhirnya PK ditemukan bersama Tapasvi (sebagai tokoh agama yang penuh kebohongan). Pertemuan PK dengan Tapasvi di TV, pertemuan tersebut mengungkapkan bahwa Tapasvi telah berbohong kepada Jaggu dan ayahnya bahwa Sarfaraz (pacar Jaggu) tidak akan menikahinya dan kabur.

Dalam  acara tersebut kebohongan Tapasvi terbongkar dan dinyatakan salah oleh PK dengan kemampuan menerawangnya. Tapasvi yang dipermalukan pada acara tersebut akhirnya harus merelakan taruhannya jika PK dapat membuktikan kebohongannya dengan memberikan remot kontrol.

Ketika acara tersebut selesai, PK yang telah mendapatkan kembali remot kontrolnya akhirnya pulang. Di perjalanan pulang Jaggu akhirnya tahu bahwa PK memiliki rasa suka pada dirinya melalui rekaman suara di kaset. Namun, hal tersebut tidak merubah atau menciptakan kisah baru yang mana PK tetap pulang ke planetnya dan Jaggu menulis novel tentang PK serta kembali bersama Sarfaraz.

Resepsi Khalayak dari "Peekay"

Film "Peekay" (2014) yang menuai kontroversi di kalangan penonton banyak menimbulkan adanya tanggapan serta pemaknaan khususnya terkait agama. Kontroversi tersebut tentu beragam jika dikaitkan dengan tiga pemaknaan resepsi khalayak.

Agar lebih memahami ketiga pemaknaan terhadap resepsi khalayak tersebut, saya akan memberikan ketiga contoh pendapat para penonton film tersebut dengan pemaknaan berbeda-beda.

Pertama, pemaknaan dominan (dominant reading) dimana posisi penonton dalam memberikan makna sama persis dengan pesan di film. Narasumber yang diambil sebagai contoh pada pemaknaan ini adalah Josep sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY.

"Sebenarnya film ini memberikan pesan yang bagus dari tokoh PK yang mau beradaptasi dengan lingkungan barunya dan mempelajari semua hal termasuk agama, jadi kalau saya sih tidak ada masalah," ucap Josep.

Dari perkataan Josep terhadap pemaknaan pada film tersebut bahwa terdapat kesamaan makna pesan dimana narasumber menyetujui adegan-adegan kontroversial pada film "Peekay".

Selanjutnya pada pemaknaan kedua dalam resepsi khalayak terdapat pemaknaan oposisional. Di mana pada pemaknaan ini posisi penonton bertentangan dengan pesan pada film sesungguhnya. Sebagai narasumber bernama Wawan, mahasiswa Fakultas Sistem Informasi UAJY.

"Saya pribadi tidak setuju dengan film tersebut yang mempermainkan agama, terlihat pada adegan film yang menampilkan adegan kotak amal dijadikan sebagai bahan permainan untuk seakan membuktikan kebenaran tapi tidak seharusnya seperti itu," tegas Wawan.

Dari sudut pandang Wawan terlihat bahwa dia tidak setuju dengan film tersebut dikarenakan adanya adegan yang mempermainkan agama. Di mana seharusnya film tidak mempermainkan agama secara tidak pantas dan walaupun tujuannya adalah membuktikan kebenaran.

Sebagai pendapat terakhir yang akan menggambarkan resepsi khalayak pemaknaan negosiatif terhadap film "Peekay" (2014) mengutip dari narasumber bernama Yudha seorang mahasiswa Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 

"Kalau saya setelah menonton film tersebut melihatnya sih terlalu banyak adegan mengejek agama dan itu menurut saya salah, tapi juga kalau dinilai secara nalar pesan dari film itu ada benarnya supaya mengajarkan manusia berpikir logis," pungkas Yudha.

Berdasarkan dari beberapa pemaknaan narasumber terkait resepsi khalayak yang berbeda-beda maka dapat dikatakan sebuah pesan diterima dengan cara pengolahannya yang berbeda maka maknanya pun berbeda.

Nah, jika di dalam artikel ini sudah terdapat resepsi khalayak menurut narasumber yang dipilih, sekarang saya ingin mengetahui pemaknaan dari pembaca. Yuk, tinggalkan komentar kalian ya saya tunggu pemaknaan kalian terhadap film tersebut.

Sumber Referensi

Astuti, R. A. V. N. P. (2022). Buku Ajar Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

Ayomi, P. N. (2021). Gosip, Hoaks, dan Perempuan: Representasi dan Resepsi Khalayak Terhadap Film Pendek. Tilik"." Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi, 17. Diakses pada 17 November 2022, dari https://journal.isi.ac.id/index.php/rekam/article/view/4910. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun