Film "Peekay" (2014) yang menuai kontroversi di kalangan penonton banyak menimbulkan adanya tanggapan serta pemaknaan khususnya terkait agama. Kontroversi tersebut tentu beragam jika dikaitkan dengan tiga pemaknaan resepsi khalayak.
Agar lebih memahami ketiga pemaknaan terhadap resepsi khalayak tersebut, saya akan memberikan ketiga contoh pendapat para penonton film tersebut dengan pemaknaan berbeda-beda.
Pertama, pemaknaan dominan (dominant reading) dimana posisi penonton dalam memberikan makna sama persis dengan pesan di film. Narasumber yang diambil sebagai contoh pada pemaknaan ini adalah Josep sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi UAJY.
"Sebenarnya film ini memberikan pesan yang bagus dari tokoh PK yang mau beradaptasi dengan lingkungan barunya dan mempelajari semua hal termasuk agama, jadi kalau saya sih tidak ada masalah," ucap Josep.
Dari perkataan Josep terhadap pemaknaan pada film tersebut bahwa terdapat kesamaan makna pesan dimana narasumber menyetujui adegan-adegan kontroversial pada film "Peekay".
Selanjutnya pada pemaknaan kedua dalam resepsi khalayak terdapat pemaknaan oposisional. Di mana pada pemaknaan ini posisi penonton bertentangan dengan pesan pada film sesungguhnya. Sebagai narasumber bernama Wawan, mahasiswa Fakultas Sistem Informasi UAJY.
"Saya pribadi tidak setuju dengan film tersebut yang mempermainkan agama, terlihat pada adegan film yang menampilkan adegan kotak amal dijadikan sebagai bahan permainan untuk seakan membuktikan kebenaran tapi tidak seharusnya seperti itu," tegas Wawan.
Dari sudut pandang Wawan terlihat bahwa dia tidak setuju dengan film tersebut dikarenakan adanya adegan yang mempermainkan agama. Di mana seharusnya film tidak mempermainkan agama secara tidak pantas dan walaupun tujuannya adalah membuktikan kebenaran.
Sebagai pendapat terakhir yang akan menggambarkan resepsi khalayak pemaknaan negosiatif terhadap film "Peekay" (2014) mengutip dari narasumber bernama Yudha seorang mahasiswa Manajemen Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Â
"Kalau saya setelah menonton film tersebut melihatnya sih terlalu banyak adegan mengejek agama dan itu menurut saya salah, tapi juga kalau dinilai secara nalar pesan dari film itu ada benarnya supaya mengajarkan manusia berpikir logis," pungkas Yudha.
Berdasarkan dari beberapa pemaknaan narasumber terkait resepsi khalayak yang berbeda-beda maka dapat dikatakan sebuah pesan diterima dengan cara pengolahannya yang berbeda maka maknanya pun berbeda.