Mohon tunggu...
Heflin Laurensia
Heflin Laurensia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tidak Ada Tinta di Sini: Sidik Jariku Menulis Ulang Demokrasi

20 Oktober 2024   19:33 Diperbarui: 21 Oktober 2024   06:40 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Namun, seperti halnya dengan setiap inovasi besar, penerapan teknologi sidik jari dalam pemilu juga menghadapi sejumlah tantangan yang besar pula. Keamanan data dan privasi menjadi salah satu kekhawatiran utama. Kebocoran atau penyalahgunaan data biometrik pemilih dapat memiliki konsekuensi serius. Oleh karena itu, diperlukan sistem keamanan berlapis yang mampu melindungi data dari akses tidak sah, sekaligus mampu memastikan bahwa data tersebut hanya digunakan untuk tujuan pemilu.

Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Untuk memastikan penerapan teknologi sidik jari yang merata, diperlukan investasi besar dalam infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi di seluruh negeri. Ini bukan tugas yang mudah, tetapi juga bukan yang mustahil. Dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, komunitas lokal, dan kita sebagai rakyatnya, kita dapat membangun fondasi teknologi yang diperlukan untuk pemilu yang lebih modern dan inklusif.

Terakhir, kita tidak boleh mengabaikan faktor resistensi terhadap perubahan. Setiap inovasi baru pasti akan menghadapi skeptisisme dan keengganan, baik dari pemilih yang terbiasa dengan sistem lama, petugas pemilu yang khawatir akan kompleksitas teknologi baru, maupun politisi yang mungkin melihat perubahan ini sebagai ancaman terhadap basis dukungan mereka. Mengatasi resistensi ini membutuhkan lebih dari sekadar sosialisasi teknis. Diperlukan narasi yang kuat tentang bagaimana teknologi ini dapat memperkuat demokrasi kita, membuat suara setiap warga negara lebih berarti, dan membuka pintu partisipasi bagi mereka yang selama ini terpinggirkan.

Pada akhirnya, revolusi diam-diam yang dibawa oleh teknologi sidik jari ini berpotensi bukan hanya untuk mengubah cara kita memilih, tetapi juga cara kita berpartisipasi dalam demokrasi secara keseluruhan. Kita berharap Indonesia bisa kembali bersih dari noda-noda pemilu yang kelam. Oleh karena itu, sebagai pemilik hati dan jari, mari kita bawa demokrasi ke jalan terbaik untuk negeri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun