Hibrida tidak akan menghasilkan apa-apa jika menganggap yang penting sudah ada siswa yang belajar di sekolah dan semua berjalan seperti biasa. Orangtua yang memilih anaknya tetap belajar dari rumah (karena itu hak mereka seperti instruksi Kemendikbud), tidak bisa disamakan dengan anak yang diizinkan belajar di sekolah.Â
Kendala jaringan akan selalu ada. Kesempatan bertanya langsung kepada guru juga lebih banyak dimiliki siswa yang hadir ke sekolah.Â
Guru akan lebih banyak detil pekerjaannya untuk sistem hibrid ini. Pola pikir, paling penting, bagaimana guru berani bertindak misalkan dalam asesmen saja, ada asesmen di sekolah dan asesmen di rumah.Â
Percaya pada siswa dengan menilai proses lebih penting, bukan sekadar memberi tes lalu berujung curiga siswa akan mencontek terus jika dari rumah.
Ya, banyak sekali yang masih harus dibenahi, dipahami, dimengerti, dan mungkin ditambah rasa kepercayaan pada diri kita sendiri sebagai guru.
Akhir kata, semangat untuk rekan-rekan guru, selamat mempersiapkan sekolah kembali (baik tatap muka terbatas maupun jika kembali pembelajaran jarak jauh).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H