Bapak Ibu ingin menambahkan daftar di atas? Silahkan :) , dari saya sementara ini cukup dulu. Jenis pelanggarannya berbeda-beda bukan? Setujukah untuk tidak menghukum semuanya sama rata?
Kalau ingin siswa menghargai suatu pelajaran, mengapa dia diberikan tiket konsekuensi ngeyel / tidak sopan pada gurunya pada saat dia berargumen mencari kebenaran versinya sendiri akan pelajaran yang belum terlalu dimengerti olehnya.
Kalau ingin siswanya tidak tidur di dalam kelas saat guru menjelaskan atau saat diberikan evaluasi, mengapa tidak mencoba metoda pengajaran selain ceramah di kelas yang membosankan, mengapa tidak memberikan evaluasi / penilaian cara lain selain "pencil and paper based test".
Kalau ingin siswanya mengerjakan semua tugas pelajaran dengan baik, mengapa guru-gurunya tidak memberikan berdasarkan jadwal yang baik, semua guru ingin nampak memberikan tugas yang "wah" (ingin menunjukan berada dalam kerangka SAMR di M-Modification, salah satunya meminta siswa dengan tugas melaporkan dalam bentuk video).Â
Mengapa tidak menjalankan metode "Integrated Curriculum". Satu tugas berintegrasi dengan beberapa mata pelajaran. Guru memberikan tugas kepada siswa membuat video selama 5 menit, pokoknya siswa harus kumpul video, tanpa pernah menjelaskan ataupun membantu "platform" video apa yang lebih mudah dan nyaman bagi siswa (jangan-jangan gurunya tidak mengerti, contohnya video laporan sampai 5 menit, sementara iklan di media saja cukup sekian detik sampai 1-2 menit. 5 menit? itu bukan laporan tapi membuat film pendek).
Jika sekolah mendukung penggunaan teknologi secara tepat guna dan benar, pakar teknologi integrasi amat dibutuhkan. Pakar ini bisa membantu guru mendisain tugasnya, serta membantu siswa dengan solusi-solusi alat bantu yang tepat.Â
Bayangkan, guru Bahasa Indonesia meminta tugas video drama, guru biologi meminta tugas video peredaran darah, guru Sejarah meminta tugas video drama sejarah, guru Pkn meminta video kunjungan museum dan kantor pemerintahan di Jakarta misalnya...... Kebayangkah bagaimana nasib sang siswa yang harus mengerjakan itu semua? Dia bingung, ditumpuklah sampai hari pengumpulan tiba dan hanya bisa bilang "susah bu, susah pak, gak bisa, minta tugas tambahan deh pak yang lain, remedial bu.....".
Kalau ingin siswanya disiplin terus, baju seragam harus selalu dimasukkan, selalu pakai dasi, menurut saya sudah bukan di jaman yang tepat. Modifikasilah baju seragam menjadi tidak perlu model yang dimasukkan ke dalam celana atau rok.Â
Dasi tidak perlu diwajibkan lagi, kalaupun tetap mau wajib, didisain dalam bentuk yang lebih modern bagi siswa perempuan, sementara bagi siswa laki-laki ada rompi modern penutup keseluruhan dasi yang tampak agar lebih modis saja, dan lain-lain.
Kerapian berseragam diberi Reward, itu seperti menyetujui bahwa setiap karakter anak harus sama. Definisi tiap individu bahkan anak tentang kerapihan selalu berbeda-beda satu dengan lainnya.
Mengingatkan anak terus menerus dengan contoh Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Bill Gates, bisa menciptakan kebosanan. 3 atau katakanlah 200 orang seperti mereka dibandingkan +/- 7,3 Milyar penduduk dunia, tidak adil menurut saya didengungkan terlalu sering kepada siswa.