HANYA DALAM HITUNGAN 15 menit Helga masuk ke dalam rumah. Pas waktu keluar melihat motor yang diparkir di halaman sudah hilang. Dia panik, berteriak histeris dan menangis.
Para tetangga berdatangan menanyakan yang terjadi. Aksi pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) terjadi lagi di lingkungan tersebut. Ternyata dalam 3 pekan ini telah terjadi 2 sampai 3 kali aksi Curanmor.
Padahal 100 meter dari jarak TKP ada Rumah Dinas Kapolres Karawang berdempetan Asrama Polisi di Jln Brigpol Nasuha, sebrangnya Jln KH Agus Salim (Kaum3) Alun-alun Karawang, lokasi TKP.
Setelah tetangga menenangkan situasi, Furqon (suami korban) saat itu juga langsung melapor ke Polsek Kota dan lalu menuju Polres Karawang, Sabtu malam Minggu (01/05/2021)
Kronologis KejadianÂ
Korban menuturkan, berawal beduk Magrib usai buka puasa. Korban bernama Helga Hastika Karina (24) dan Furqon (26), pasutri warga Guro, Cinangoh Barat RT/RW: 004/005 Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur. Berkunjung ke rumah Kost kakaknya sambil membawa 2 kardus bingkisan Lebaran.
Pasutri itu berboncengan naik motor menuju Alun-alun Masjid Agung, masuk ke Jln Brigpol Nasuha (RDS Kapolres dan Asrama Polisi), lalu belok kanan menuju sebuah rumah Kost milik Pak Haji Uyeh, di Jln Agus Salim (Kaum 3) Karawang. Dimana sang kakak tinggal.
Motor Honda Beat Tahun 2019, No Pol T-5258-RJ, STNK atas nama Helga itu diparkir di halaman rumah Kost, lalu mereka masuk dan mengobrol sebentar hanya 15 menit, kemudian keluar motor sudah raib. Sekaligus hilang pula 2 kardus bingkisan Lebaran yang disimpan di motor. Saat kejadian waktu menunjukan pukul 19:30 WIB. Â
Menurut korban, motor sudah dikunci stang, lubang kunci pun ditutup rapi dan biasanya kalau datang ke sini motor dibawa masuk ke dalam, katanya.
"Tapi karena saya bermaksud sebentar saja, eh... 15 menitan saja begitu keluar rumah motor sudah hilang," tutur Helga dengan nada sedih.
Furqon sang suami menimpali, saya langsung mengejar sampai ke arah Alun-alun dan sekitarnya saat itu juga. "Tapi jalan macet banyak kendaraan, saya bingung. Tapi kalau menurut saksi mata, ada tetangga yang lihat, Malingnya kabur ke arah Poponcol. Karena panik dan bingung, tidak ada yang dapat saya lakukan lagi. Maka langsung saja laporan ke Polsek Kota," ungkapnya.
DI TEMPAT YANG SAMA, dua Minggu sebelumnya Ibu Tati (40) alamat yang sama dengan TKP sekitaran daerah itu juga, Bu Tati jadi korban Curanmor. Maka baik Helga maupun Bu Tati meminta surat pengantar pemberitahuan kehilangan sepeda motor di RT yang sama. Surat ditandatangani Yayat Hidayat, selaku Ketua RT:004/RW:006 Kaum 3, Karawang.
Ibu Tati kehilangan motor merk Honda Beat warna Silver No Pol: T-5657-SJ, Bu Tati juga telah melapor ke Polsek Kota. No LP/245/IV/2021/Jbr/Res Krw/Sek Krw, Tanggal 10 April 2021.
Saat dikonfirmasi Bu Tati mengatakan, "saya punya bukti karena terekam di CCTV tetangga, malingnya kabur lewat ke arah Poponcol," tegasnya.
RT Yayat (60) warga asli "Kaum" membenarkan aksi Curanmor dirasakan semakin nekat dan menggila. "Dulu daerah saya ini aman, nggak ada yang berani macam-macam. Daerahnya kan dekat "Tangsi" Asrama Kepolisian. Rumah saya aja kan tepat di belakang rumah Pak Jenderal Edi Darnadi, yang dulu menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat itu," ungkap RT Yayat kepada wartawan.
Curanmor di Karawang dalam Analisis Heigel
Menurut pengamat sosial politik, ekonomi dan bisnis, Heigel mengatakan, saya asli kelahiran Karawang. Tentu memahami sejarah, sosial budaya dan kriminalitas di Karawang kota kelahiran sendiri.
"Waktu tahun 80-an daerah Alun-alun Karawang, sekitar Masjid Agung lingkungan yang dikenal namanya disebut "Kaum", adalah wilayah paling aman dari tindak kejahatan. Warganya priyayi dan santri. Apalagi jalan Brigpol Nasuha Kaum 3 itu, disebut juga "Tangsi". Ada Asrama Polisi, Barak dan dulu ada Sel Penjara di situ.
Dulu disebut rumah Danres (Komandan Resort), sekarang Kapolres kediamannya di situ. Selain daerah elite karena rumah-rumah di bilangan itu dihuni pejabat pemkab sampai keluarga Jenderal TNI maupun Polri kelahiran Karawang yang berpengaruh.
Orang akan berpikir 1000 kali untuk melakukan tindak kejahatan di lingkungan tersebut. Tapi zaman kan sudah berubah atau mungkin saja penjahat sekarang sudah nekat atas nama ekonomi dan bisnis," ujar Heigel.
Menurut Heigel, Ternyata bukan hanya sang penjahat saja yang berperan dalam terjadinya kasus khususnya Curanmor akhir-akhir ini. Anggapan Curanmor adalah kejahatan yang sederhana sangatlah keliru bila dihadapkan pada kenyataan bahwa pelaku Curanmor dewasa ini adalah profesional dan terorganisir.
Dugaan masyarakat keliru jika menilai perkembangan kejahatan Curanmor muncul mengingat masih adanya persepsi bahwa Curanmor adalah kejahatan yang biasa, dan bisa dilakukan oleh siapa saja, dan tidak perlu persiapan khusus saat eksekusi.
Banyak yang mengira dan beranggapan bahwa Curanmor itu hanya dilakukan oleh orang yang kebetulan lewat (bystander criminality)Â adalah keliru.
Seiring dengan anggapan itu, masyarakat yang jadi korban kadang menganggap remeh dan sepele, merasa sudah aman bila sudah melakukan pengamanan standard saja. Misalnya, korban hanya cukup dengan memasang kunci stang atau alarm dianggap aman. Padahal tidak demikian.
Bahkan banyak warga masyarakat yang masih mengandalkan pengamanan sosial antar tetangga terhadap harta benda bergeraknya, CCTV tak berfungsi, jelas tidak efektif.
Memang anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, hanya saja tidak cukup sampai di situ. Karena pelaku kejahatan kini menjadikan Curanmor sebagai mata pencaharian yang menghasilkan revenue lumayan besar. Ekonomi dan bisnis. Sejalan dengan itu, pelaku dengan motif mencari profit tersebut juga melengkapi diri dengan kemampuan dan teknik pencurian yang memadai.
Karena itu persepsi masyarakat tentang Curanmor tadi justru merugikan masyarakat itu sendiri, pengamanan standard yang dilakukan selama ini dan dirasakan masyarakat sudah mencukupi, ternyata tidak ada apa-apanya di tangan pelaku Curanmor profesional.
Kondisi kejahatan yang sudah sedemikian rupa, perubahan hubungan sosial masyarakat yang cenderung menjadi individualstis. Acuh tak acuh, tentu saja memerlukan penanggulangan yang optimal pula.
Namun, sebaik apapun proses penanggulangan dilakukan, tetap saja yang paling baik dan efektif adalah pencegahan terhadap tindak kejahatan tersebut yang dilakukan oleh masing-masing pribadi masyarakat itu sendiri jangan sampai menjadi korban.
Kinerja Polisi memang selalu mendapat sorotan tajam dalam kaitannya dengan penanggulangan kejahatan, khususnya Curanmor. Sistem kepolisian akan selalu berusaha melakukan perbaikan dalam menumpas kejahatan apapun, sekaligus pula mengharapkan partisipasi masyarakat untuk membantu menjaga keamanan bersama.
Teringat waktu tahun 2018 saya angkat topi, salut pada kinerja Polres Karawang, saat itu dibawah kepemimpinan AKBP Slamet Waloya. Polres Karawang berhasil menggulung sindikat Curanmor di Karawang dan menyita 151 motor hasil kejahatan sindikat itu.
Ratusan motor itu hasil dari pengembangan kasus Curanmor dan Kegiatan Kepolisian Yang Ditingkatkan (KKYD). Kemudian motor yang menumpuk di Mapolres diberikan kepada masyarakat tanpa pungutan biaya apapun.
Warga bisa menghubungi nomor kontak Kasat Tahanan dan Barang Bukti Polres Karawang Ipda Asep Kosasih dan No HP tercantum jelas untuk memastikan kendaraannya yang diamankan kepolisian.
Para pelaku Curanmor yang digulung itu dari tiga sindikat yang berbeda yang memiliki ciri khas operasi kejahatan berbeda pula. Diantaranya mereka melakukan aksi Curanmor di kampus, tempat indekost, kawasan industri dan wilayah di pesisir Pantura.
Aksi Kapolres Karawang mendapat applause dan jadi buah bibir masyarakat, sebab ada tetangga saya, Pak Mursan beralamat di Jln KH Dewantoro, Seroja, Karawang. Motornya yang dicuri tak disangka bisa balik lagi. Setelah Pak Mursan lolos verifikasi  dengan menunjukan surat-surat bukti kepemilikan. Motor yang hilang itu bisa kembali lagi, gratis tanpa biaya apapun," kenang Heigel. (dot)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H