DI TEMPAT YANG SAMA, dua Minggu sebelumnya Ibu Tati (40) alamat yang sama dengan TKP sekitaran daerah itu juga, Bu Tati jadi korban Curanmor. Maka baik Helga maupun Bu Tati meminta surat pengantar pemberitahuan kehilangan sepeda motor di RT yang sama. Surat ditandatangani Yayat Hidayat, selaku Ketua RT:004/RW:006 Kaum 3, Karawang.
Ibu Tati kehilangan motor merk Honda Beat warna Silver No Pol: T-5657-SJ, Bu Tati juga telah melapor ke Polsek Kota. No LP/245/IV/2021/Jbr/Res Krw/Sek Krw, Tanggal 10 April 2021.
Saat dikonfirmasi Bu Tati mengatakan, "saya punya bukti karena terekam di CCTV tetangga, malingnya kabur lewat ke arah Poponcol," tegasnya.
RT Yayat (60) warga asli "Kaum" membenarkan aksi Curanmor dirasakan semakin nekat dan menggila. "Dulu daerah saya ini aman, nggak ada yang berani macam-macam. Daerahnya kan dekat "Tangsi" Asrama Kepolisian. Rumah saya aja kan tepat di belakang rumah Pak Jenderal Edi Darnadi, yang dulu menjabat sebagai Kapolda Jawa Barat itu," ungkap RT Yayat kepada wartawan.
Curanmor di Karawang dalam Analisis Heigel
Menurut pengamat sosial politik, ekonomi dan bisnis, Heigel mengatakan, saya asli kelahiran Karawang. Tentu memahami sejarah, sosial budaya dan kriminalitas di Karawang kota kelahiran sendiri.
"Waktu tahun 80-an daerah Alun-alun Karawang, sekitar Masjid Agung lingkungan yang dikenal namanya disebut "Kaum", adalah wilayah paling aman dari tindak kejahatan. Warganya priyayi dan santri. Apalagi jalan Brigpol Nasuha Kaum 3 itu, disebut juga "Tangsi". Ada Asrama Polisi, Barak dan dulu ada Sel Penjara di situ.
Dulu disebut rumah Danres (Komandan Resort), sekarang Kapolres kediamannya di situ. Selain daerah elite karena rumah-rumah di bilangan itu dihuni pejabat pemkab sampai keluarga Jenderal TNI maupun Polri kelahiran Karawang yang berpengaruh.
Orang akan berpikir 1000 kali untuk melakukan tindak kejahatan di lingkungan tersebut. Tapi zaman kan sudah berubah atau mungkin saja penjahat sekarang sudah nekat atas nama ekonomi dan bisnis," ujar Heigel.
Dugaan masyarakat keliru jika menilai perkembangan kejahatan Curanmor muncul mengingat masih adanya persepsi bahwa Curanmor adalah kejahatan yang biasa, dan bisa dilakukan oleh siapa saja, dan tidak perlu persiapan khusus saat eksekusi.