Dari LP Sukamiskin Bandung, Ade Swara KlarifikasiÂ
Saat ditanyakan tentang misteri LHKPN "kebohongan publik" yang dilakukan Cellica Nurrachadiana yang ramai dibicarakan masyarakat Karawang baru-baru ini. Menurut Cellica mengaku sudah kaya sejak sebelum menjadi Anggota DPRD Jabar. Hanya saja, saat pilkada 2010 Cellica mencantumkan harta kekayaan sebesar Rp 2 miliar lantaran sungkan kepada Bupati Ade Swara. Sebab, saat itu Ade Swara hanya melaporkan harta kekayaan sebesar Rp 5 miliar." Cellica mengaku sudah kaya sejak dari dulu. https://www.jpnn.com/news/hayo-lonjakan-harta-bu-cellica-dari-mana
"Bahkan waktu kampanye 2015 Cellica bawa mobil Toyota Alphard ternyata mobilnya rental," ujar Bunda Nurlatifah menambahkan.
Jadi pernyataan Cellica Nurrachadiana yang menyatakan, "saya sudah kaya sebelum jadi Wabup Karawang," adalah bohong. https://www.kompasiana.com/heddy/57f6231b587b61600c15dbef/wawancara-terbaru-2016-mantan-bu
Di lain tempat, Heigel, pengamat sosial politik di Kabupaten Karawang meminta kepada calon pemimpin di Karawang harus memiliki moralitas dan integritas, mereka harus bisa mengutamakan yang terpenting dari yang penting.
Menyinggung sikap arogan yang dimiliki para elite kekuasaan, yang dilakukan Bupati jauh dari adab kesopanan, di tengah pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi, rakyat berdesakan berebut Bansos dan makan beras berkutu. Bupatinya malah tidak punya sense of crisis, perasaan krisis, pemimpin bersama rakyat bersama-sama prihatin dalam sense of crisis.
"Padahal disekitarnya petani dan nelayan tertatih berjalan pincang, kemiskinan sudah mencekik batang leher mereka, rakyat dibelit segala macam persoalan terlebih di masa pendemi seperti sekarang ini.
Arogan adalah suatu sifat yang tidak terpuji, kesombongan terhadap suatu yang dimilikinya, mempunyai niat menguasai semua hal untuk memenuhi keinginan diri sendiri atau kelompoknya, menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, suka membanggakan dirinya sendiri dihadapan orang lain dan suka merendahkan orang lain. Merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, baik segi fisik , kecantikan, keberuntungan, kepintaran, kekayaan, dll.
Arogan itu merasa dirinya yang paling bisa segalanya, paling berkuasa, memandang remeh orang lain. Seorang yang tadinya berniat baik, sekali melibatkan diri dalam pergumulan politik kekuasaan, seketika itu pula goncangan konflik di dalam maupun keluar akan terjadi, yang pada ujungnya akan membawa dirinya melenceng dari kepribadian dan peran utamanya. Niatnya jadi Bupati yang amanah kepada rakyat, malah menindas.
Bupati yang tidak amanah tidak akan mengerti bahwa moralitas kekuasaan itu juga berkaitan dengan teologis. Jadi siapapun yang diberi amanat oleh rakyat lalu tidak membela derita rakyat, semua itu akan ada pertanggungjawaban illahiyah.