Mohon tunggu...
Kelompok Menulis Heco
Kelompok Menulis Heco Mohon Tunggu... Seniman - Health and environmental campaign.

Kelompok Menulis asal Kupang yang memiliki ketertarikan pada isu-isu kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. E-mail: healthacoustic@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Film Dokumenter "Ata Modo": Penduduk Asli adalah Kunci Kemajuan Pariwisata Komodo

11 Agustus 2021   17:00 Diperbarui: 11 Agustus 2021   17:10 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu, mereka hidup dengan bekerja sebagai petani. Mata pencarian ini berganti ketika mereka dipindahkan dari tempat hidup semula ke pemukiman. Lantas, mereka mulai beralih menjadi nelayan dengan belajar menangkap ikan dari orang Bajo dan Bugis. Namun, lama kelamaan, sistem zonasi yang diterapkan, diakui mereka membuat ruang gerak untuk mencari ikan menjadi semakin sempit.

Seorang narasumber menambahkan bahwa sejak tahun 2013, dengan adanya Sail Komodo, masyarakat mulai lebih menyadari peluang mendapatkan uang dari potensi pariwisata. Kendati demikian, meski memanfaatkan potensi yang ada, mereka tetap memegang prinsip bahwa pariwisata sama sekali tidak boleh mengganggu kehidupan komodo.

Suku Modo lebih mengutamakan pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Artinya, keaslian alam, kehidupan komodo, dan kesejahteraan masyarakat perlu dijaga, bukan malah diubah dengan karakteristik dan budaya yang tidak sesuai dengan nilai asli daerah komodo. Justru keaslian itulah yang dianggap membuat membuat Taman Nasional Komodo terlihat "mahal" atau "premium".

Lebih lanjut, kesaksian warga bahwa terdapat wacana merelokasi para penduduk kampung ke daerah lain menuai penolakan besar. Wajar saja, mereka telah mendiami tempat tersebut sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu.

Selain itu, tanpa Suku Modo, kehidupan komodo diperkirakan akan sangat terganggu. Alasannya karena merekalah yang benar-benar telah mengenal, mencintai, dan menjagai komodo sehingga satwa tersebut masih bertahan hingga saat ini. Akan sangat tidak bijak, jika "keluarga" yang hidup saling melindungi tersebut diganggu hubungannya.

Alangkah baiknya, dibandingkan mengutamakan aspek industri oleh pihak swasta, masyarakat aslilah yang harus didengarkan dan dilibatkan dalam pengembangan pariwisata. Suara dan aksi mereka adalah wujud perwakilan langsung dari "saudara kandung" mereka, yakni komodo.

Jadi, masyarakat asli kawasan Taman Nasional Komodo adalah pengembang terbaik dari tanah mereka sendiri. Mereka adalah pelindung terbaik bagi komodo dan hal ini telah terbukti selama berabad-abad. Kedua hal tersebut lebih mahal dari semboyan "super premium" yang bahkan tak mereka pahami apa maknanya. Semoga masyarakat asli dan satwa komodo dapat terus bertahan, sejahtera, dan lestari.

Referensi: Film Dokumenter "Ata Modo" oleh Walhi NTT

Artikel ditulis oleh: Harry Dethan

Tonton Film Dokumenter "Ata Modo" selengkapnya:


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun