Mohon tunggu...
Sosbud

Mengapa Sebaiknya di Surabaya Tidak Dibangun Tram?

6 September 2016   21:46 Diperbarui: 1 Oktober 2016   22:31 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang berkomentar di Milan, Lisbon, Praha menggunakan tram. Pertanyaanya cocok kah tram diterapkan di Indonesia? Pulau Jawa dilabeli sebagai pulau terpadat di dunia. Termasuk kota-kota besarnya. Kebiasaan urbanisasi masyarakat kita tidak bisa membendung orang untuk masuk ke kota Surabaya sebagai tujuan utama orang-orang dari Indonesia timur. Karena padatnya kota ini lah seharusnya pembangunan mulai dilakukan vertikal ke atas bukan terus ke arah horizontal. 

4. "Mbok yo sekalian" 

Ungkapan ini sering diungkapkan orang Surabaya, kira-kira artinya adalah "mengapa tidak sekalian saja?" Sama-sama mengeluarkan biaya. Apabila proyek tram akhirnya malah menyusahkan warga seperti pro kontra dibuatnya busway di Jakarta, mengapa tidak sekalian bervisi seperti pak Ahok: "Semuanya harus elevated". Kalau semua sudah layang, pemekaran jalur ke mana-mana pun mudah. Mungkin MRT alias subway biayanya amat mahal, LRT jauh lebih murah dari itu. Toh kita bisa meniru Jakarta pembiayaan tidak sepenuhnya dari APBD, tetapi dari investor dengan sistem bagi hasil.

5. Gagal move on

Saya pelajari, konon katanya tram pertama di Asia itu ada di Bangkok, ibukota Thailand. Pertanyaanya apakah masih ada di sana? Mereka malah memaksimalkan LRT, MRT, bus kota dan boat. Kedua, Tram pertama kali di Indonesia ada di Jakarta. Pertanyaanya, apakah di Jakarta jalur tram nya dibangkitkan kembali (demi sejarah)? Ketiga, Kolkata alias Calcutta, yang masih menggunakan tram dan kita bisa lihat tram tidak begitu diminati. Teknologi sudah maju, marilah kita gunakan teknologi untuk menolong kita, bukan menyusahkan kita.

Saya tidak membela kendaraan pribadi tetapi prinsipnya adalah berjalan paralel. Saya sangat setuju dengan perkataan orang yang disebut bapak transportasi publik, Enrique Penalossa "kota yang maju bukanlah tempat di mana orang miskin menggunakan mobil, tetapi tempat di mana orang kaya menggunakan transportasi publik”. Ketika saya ke luar negeri hal yang wajib saya lakukan adalah menggunakan transportasi publik. Di Indonesia? sama, hanya ketika saya bekerja saya butuh transportasi yang lebih efisien dan efektif. 

Semua yang saya ungkap di sini hanya opini dari saya. Saya tidak ingin ada komentar yang menyerang. Saya ingin komentar dan saran yang membangun untuk sungguh-sungguh kita dapat bersatu dalam menyelesaikan segala problematika yang ada. Terima kasih.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun