Mohon tunggu...
Darwanto
Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Pria manula, purnabakti PNS

Mencari, membagi, mensyukuri...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menunggu Vaksin Covid-19 Diproduksi Massal

26 April 2020   23:00 Diperbarui: 26 April 2020   23:38 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.economist.com

Kebutuhan vaksin pemusnah virus korona semakin memuncak. Hari Jumat lalu, 24/4/2020, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, meminta negara-negara dan swasta untuk gerak cepat membuat vaksin Covid-19.

Tanpa vaksin itu akan semakin banyak korban nyawa yang berjatuhan, yang saat ini sudah mencapai 200 ribuan orang di seluruh dunia.

Pembuatan vaksin Covid-19 sudah dilakukan di banyak negara, antara lain di AS, China, Perancis, Australia, Jerman, Jepang, India. Beberapa diantaranya sudah memasuki tahap uji klinis tahap lanjut.

Membuat vaksin korona tidak mudah. Belum lama ini terdengar ada vaksin buatan lembaga riset swasta AS yang tidak lulus uji klinis oleh WHO. Berita itu sempat membuat harga saham di beberapa negara turun karena harapan besar untuk mengatasi pandemi Covid-19 terhempas seketika. Kendati gagal setidaknya sebuah langkah maju sudah dicapai.

Adalah darurat vaksin juga yang membuat Bill Gates rela menyumbangkan dana sebesar Rp 1,5 triliun untuk mendanai riset vaksin. Ia berpendapat bahwa vaksin baru yang menggunakan kode genetik untuk memberi perintah kepada sel tubuh agar imun terhadap virus akan lebih efektif daripada vaksin yang selama ini dikembangkan (The Economist, 25/4/2020).

Bill Gates juga berharap suatu saat nanti orang dapat mendiagnosa sendiri jenis virus di tubuhnya semudah kaum wanita melakukan tes kehamilan. Tidak seperti sekarang, yang masih perlu waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil setelah melakukan tes usap dengan metoda polymerase chain reaction (PCR).

Waktu yang lama itu menyebabkan pasien dalam pengawasan (PDP) harus menunggu di rumah sakit walau belum tentu positif terpapar Covid-19. Atau keburu meninggal dunia tanpa kejelasan status sakitnya.

***

Upaya membuat vaksin korona di Indonesia sangat perlu digalakkan. Diantara negara-negara Asean, angka kematian akibat Covid-19 Indonesia adalah yang tertinggi.

Kita punya Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes (Balitbangkes) yang menjadi laboratorium rujukan untuk uji Covid-19.

Di beberapa daerah ada Balai Besar Laboratorium Kesehatan dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit dengan kemampuan riset vaksin yang mungkin tinggi juga.

Selanjutnya ada Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset, Teknologi dan Inovasi (Ristekin). Disamping itu juga ada beberapa perguruan tinggi yang mempunyai bidang studi kedokteran dan kefarmasian yang cukup excellent, seperti Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, ITB, IPB, dll.

Di sektor korporasi ada PT Bio Farma (BUMN) yang telah memproduksi anti virus influenza tipe A (H1N1), tipe B (H3N2), dan tipe C.

Berbagai lembaga riset itu dapat bekerja sama untuk membuat vaksin Covid-19. Yang diperlukan adalah kesediaan untuk berkolaborasi secara intensif dengan mengerahkan kemampuan yang dimiliki masing-masing. Dana riset dapat berasal dari APBN yang direalokasi sesuai perubahan prioritas nasional.

Menristekin Bambang Brodjonegoro tentunya sudah mengambil inisiatif untuk mengoordinasikan lembaga-lembaga riset pemerintah dan swasta untuk membuat vaksin korona.

***

Kolaborasi dengan lembaga riset negara-negara lain juga perlu dirintis atau ditingkatkan, khususnya dengan negara-negara yang memiliki kesamaan karakter geografi, ekologi dan ekonomi.

Kerja sama antara PT Bio Farma dengan perusahaan farmasi Sinovac dari China kita harapkan dapat berhasil membuat vaksin anti virus korona yang ampuh dan murah dalam waktu cepat.

Sumbangan Indonesia terhadap pembuatan vaksin korona juga dapat diwujudkan dengan menyediakan data-data kasus infeksi yang terkumpul di berbagai rumah sakit. Dan mungkin juga ada warga Indonesia yang bersedia menjadi sukarelawan untuk uji klinis calon vaksin yang sedang dilakukan di beberapa negara.

Banyak yang memprediksi bahwa vaksin Covid-19 baru dapat diproduksi massal pada pertengahan tahun depan. Sampai dengan waktu itu, mungkin kita perlu memperkuat ketahanan tubuh dengan minum jamu empon-empon yang kini banyak dijumpai di toko-toko online dengan kemasan yang lebih menarik. <>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun