Mohon tunggu...
Irfan Rosyidin
Irfan Rosyidin Mohon Tunggu... Guru - Mencoba menjadi Oemar Bakrie di Era Modern

Menjadi guru berarti kita menjadi petunjuk arah. Karena dari kitalah anak didik kita akan menentukan arah mana yg akan mereka pilih.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita antara Aku dan Literasi

6 September 2017   11:56 Diperbarui: 6 September 2017   12:02 5850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca adalah proses membuka ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca berarti sebuah proses menggali pengetahuan baru. Membaca berarti juga membuka cakrawala ilmu. Hal tersebutlah yang mendasari mengapa manusia perlu membaca.

Begitu banyaknya pengetahuan yang tersebar di dalam kehidupan. Begitu banyak pula ilmu yang bisa kita dapatkan dalam kehidupan. Namun semua itu seakan terkunci dan tidak banyak orang ketahui. Bukan karena sulitnya sebuah informasi didapatkan, melainkan tidak adanya minat mencari pengetahuan dari sebagian besar rakyat Indonesialah yang menjadikan semua itu begitu terbatas. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61) (dalam pikiran-rakyat.com).

Ilmu itu gudangnya pengetahuan dan membaca itu adalah kuncinya. Sebesar apapun gudang yang kita miliki, akan menjadi percuma jika kita tidak pernah membukanya. Begitu juga pengetahuan. Semakin kita tidak pernah membukanya,maka akan semakin dangkal pengetahuan yang kita miliki. Kemampuan seseorang untuk membuka gudang ilmu, akan sangat berkaitan dengan minat baca. Minat baca seseorang tidak dapat terbentuk secara instan, melainkan butuh proses yang berkesinambungan agar minat baca seseorang dapat terbentuk dan menjadi kebuthan dalam kehidupan.

Bukan hal yang mudah mengguagah minat baca seseorang di zaman yang serba praktis ini. Orang akan lebih memilih mencari ringkasan buku atau hanya melihat resensi buku yang telah dibuat orang lain dibandingkan dengan harus membeli buku dan membacanya hingga tuntas. Di era gloalisasi saat ini, perkembangan teknologi menjadi sebuah hal yang pasti. Bagaimana kemudahan ini pun telah merasuki generasi muda kita saat ini. Hal tersebut tentu menjadi sebuah tantangan bagi kami para pengajar dan pendidik untuk menumbuhkan minat baca siswa.

Perlu kita sadari bahwasannya setiap individu siswa itu memiliki keunikan tersendiri. Semua itu bergantung pada stimulus awal yang didapatkan anak tersebut dalam perkembangan serta pertumbuhannya di setiap hari. Anak dengan lingkungan baca yang baik, berasal dari keluarga yang membiasakan membaca sebagai kebutuhan, pasti akan mendapatkan lingkungan dan pembiasaan membaca yang baik pula. Namun sebaliknya, apabila seorang anak tidak mendapatkan pengalaman awal membaca yang cukup, maka penumbuhan minat baca bagi anak tersebut pun akan mengalami kendala yang cukup besar.

Kita tentu mengetahui bahwasannya pemerintah sedang gencar dalam meningkatkan minat baca anak. Terutama anak usia sekolah dasar. Berbagai program pun dicanangkan. Mulai dari program wajib baca, literasi, sampai dengan program yang didukung oleh pemerintah daerah, WJLRC misalnya. WJLRC menjadi program literasi unggulan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam rangka menyukseskan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk meningkatkan dan menggali potensi membaca siswa sejak dini. 

Bahkan program ini telah bekerja sama dengan pihak asing, dalam hal ini adalah Negara Australia. Adanya kerja sama yang dilakukan tersebut, menjadikan program-program yang dilakasanakan pun diadopsi dari pelaksanaan program literasi di Negara bagian Australia Selatan, Adelaide. Premiers Reading Challenge, itulah namanya. Mengadaptasi dari nama tersebutlah terbentuk sebuah program literasi Jawa Barat dengan nama WJLRC (West Java Leaders Reading Challenge).

Pada awal pelaksanaan program ini, betapa terasa semangat anak untuk mengkikuti tantangan ini. Bagaimana tidak, setiap anak yang mampu menyelesaikan membaca buku dan menganalisisnya dalam berbagai bentuk format analisis, akan mendapatkan pernghargaan dari Gubernur Jawa Barat. Siapapun anaknya tentu akan menjadi tergila-gila mendengar berita tersebut. 

Betapa reward yang ditawarkan akan menjadi pelecutbagi anak dalam membaca. Alhasil setengah tahun program ini berjalan, mampu menyedot begitu banyak minat anak dalam baca. Tidak sedikit siswa yang menjadikan buku sebagai objek yang mereka harus cari kala mereka pergi berlibur. Setiap minggu menjadi tantangan buat mereka tentang sebanyak apa buku yang sudah mereka baca.

Hal tersebut tentu sejalan dengan program sekolah yang telah dulu dijalankan. Hanya saja gaung gerakan literasi lebih terdengar gairahnya tatkala program WJLRC ini mulai dikumandangkan. 30 menit di awal pembelajaran menjadi waktu yang harus mereka manfaatkan, khusus untuk membaca. Program yang bukan main-main memang, bukan hanya tentang sebanyak apa mereka membaca buku, melainkan sebanyak apa ilmu yang mampu mereka serap dari hasil baca yang sudah dilakukan. Ini menjadi tantangan lain bagi kami para pendidik. 

Kam pun tidak pernah memberikan target yang terlalu tinggi untuk tantangan ini. "Alah bisa karena biasa." Hal itu yang menjadi target kami saat ini. Biarkan anak suka membaca, biarkan anak candu membaca, biarkan buku menjadi pemuas dahaga pengetauan mereka, tanpa harus dibebani dengan berbagai macam tuntutan.

Mereka berlomba untuk mengisi pohon literasi dengan nama mereka, judul buku yang telah dibaca, dan kemudian mereka bertukar buku dengan teman lainnya. Sungguh pemandangan yang luar biasa bagi kami para pendidik bisa menyaksikan momen dimana siswa kami begitu semangat untuk menggali pengetahuan. Ada yang suka buku cerita, novel, legenda, dongeng, tapi tidak sedikit pula yang mereka baca adalah ilmu pengetahuan yang pada akhirnya sangat menunjang mereka dalam pembelajaran setiap hari. Nasional Geographic, Why? dan banyak buku pengetahuan yang biasa mereka baca dan pada akhirnya menciptakan waktu untuk berbagi cerita tentang isi buku dan pengalaman seru lainnya. Bagaimana akhirnya disetiap obrolan mereka terselip pertanyaan, "Kamu tahu judul buku ini?", atau "Kemarin aku baca buku ini, lo. Isinya tentang ..."

Bukankah itu tujuan utama literasi sesungguhnya? Memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada anak untuk mengeksploitasi pengetahuan dan pengalaman baca mereka. Mungkin belum bisa merasuk ke seluruh jiwa siswa, namun dengan semua program serta dukungan yang kini diberikan, literasi bisa menjadi andalan bangsa Indonesia dalam mengembangkan sayap ke seluru penjuru dunia. Literasi bisa menjadi tonggak kebangkitan bangsa sehingga buta literasi bisa kita bumi hanguskan. Menjadikan generasi yang melek informasi, melek baca dan tidak lagi bermusuhan dengan pengetahuan.

Tidak perlu risau dengan segala kendala yang dihadapi. Begitu banyak program pemerintah yang saat ini dikembangkan dalam menunjang terlaksananya program literasi. Mulai dari bantuan buku dari pihak swasta, bahkan Perpustakaan Pusat, memiliki banyak program pengayaan buku yang tentu saja sangat menunjang terlaksananya program literasi, terutama di daerah yang memiliki akses terbatas. Lebih hebatnya, literasi kini menjadi salah satu program bagi para pendidik mengembangkan kemampuan bahasa lainnya.

"Ilmu itu adalah buruan, dan menulis adalah ikatannya." Dengan lahirnya program literasi, tidak sedikit guru yang akhirnya mahir menulis. Menciptakan buku yang tidak hanya berguna bagi dirinya, namun akan menjadi saksi nyata bagi pengabdian terhadap ilmu pengetahuan. Bagaimana literasi telah menjadi pembakar semangat belajar, pendobrak tembok kemalasan, dan penggugah semangat belajar, tidak hanya bagi siswa, namun guru pun ada di dalamnya. Berbagai pelatihan yang dilaksanakan, kini tidak lagi sepi pengujung. Bukan hanya untuk mendapatkan sertifikat (yang bagi sebagian orang dapat menambah "uang saku"), namun telah menjadi sebuah ladang pengabdian untuk kemajuan anak bangsa dalam menyediakan bahan baca literasi berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun