(1)
duhai
padahal aku telah rindu berwudhu
tegang terbayang sembahyang
di atas tanah rumah Nabi
wahai
tumpas menindasi sajadah
nikmati sekarat amarah sejarah
tak berbilang ekstasi
"hai,
Tuhan, tunggu kumengadu pada –Mu !"
(2)
Ooo, lezat jaman, kini kusembahyang di taman
-Mu, mencecap wangi jejak
-Mu, bukankah Kau bersama
ku?
Ooo, penat zaman, telah kusemayamkan di taman
-Mu, menancap sunyi sajak
ku, bolehkah kutemui
Mu?
biar tak sesat zaman
.
“sebab telah tak berkesudahan peperangan ini”
(3)
Nah,
Kalian dengar
Lenguh kelu pengeluh yang tak sabar dalam ikhtiar
Kalian lihat
Senyum lebar penyabar yang tak mengeluh meski peluh
Yang Kaupersandingkan ! kupertandingkan.
lalu siapa juara?
Kau Kun Fayakun !
Aku Tabayyun.
(4)
" ampuni bila lalu letih memburu-Mu, sedang KAU ngalir sebegitu dekat di urat nadiku"
Dalam Raudhah/2012 - Grissee/2015, malam 27 Ramadhan 1436 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H