Mohon tunggu...
Hazza zufar Al ghozi
Hazza zufar Al ghozi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi saya membaca, kepribadian saya kadang ekstrovert kadang introvert

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Kecantikan Merubah Persepsi dan Perlakuan Masyarakat

13 Mei 2024   23:17 Diperbarui: 13 Mei 2024   23:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Situasi ini dapat menjadi semacam self preening profesi di mana pandangan kita terhadap penampilan yang buruk sebagai indikator kriminalitas, menjadikan itu menjadi kenyataan. lookism juga mempengaruhi hubungan interpersonal seseorang, baik dalam cara Individu memilih pasangan, berteman, atau berinteraksi dengan orang lain. tendensi untuk memprioritaskan penampilan fisik dapat menyebabkan hubungan yang dangkal dan mengabaikan kualitas-kualitas penting lainnya, seperti kepribadian, kecerdasan, atau bahkan kebaikan hati. hal ini juga dapat memperkuat stereotip dan prasangka, membatasi kesempatan untuk berinteraksi dengan berbagai jenis orang. Banyak orang rela menderita dengan orang yang menurutnya enak dipandang, Walaupun dia tidak terlalu menyukai kepribadian pasangannya, atau bahkan dia rela bertahan walaupun pasangannya memperlakukan dengan buruk, asal pasangannya mencapai standar kecantikan (cantik/tampan) dan melupakan aspek aspek penting seperti mental, kecerdasan.

Apakah jika anda diperlakukan dengan buruk mental anda baik-baik saja? Saya rasa tidak ada yang baik-baik saja ketika diperlakukan dengan buruk apalagi dengan seseorang yang kita cintai. lalu kecerdasan, apakah anda lebih memilih seseorang yang cantik/tampan walaupun kepribadian nya keras, dan suka mabuk atau pergi ke club saat malam di banding seseorang yang berpenampilan rata-rata tetapi dia terlihat pintar, yang dimana jika anda memiliki pasangan yang pintar dia bisa membimbing anda kejalan yang lebih benar, atau membuat Anda jauh lebih baik. Kenapa lebih memilih berpasangan dengan yang enak dipandang walaupun merasa Tersakiti yang berujung membuat Anda trauma dan beranggapan bahwa semua orang sama hanya bisa menyakiti anda? Shakaspeare pernah berkata "yang terlihat indah adalah kotoran, dan yang terlihat kotor adalah keindahan,begitulah manusia sebenarnya" Kecantikan yang menentukan apa yang dianggap menarik atau enak dipandang ini seringkali dibentuk dan dipengaruhi oleh budaya, media, dan industri hiburan, yang dapat berubah dari waktu dan berbeda antar masyarakat.

 Lookism terlihat jelas dalam casting film atau acara TV di mana karakter utama sering digambarkan oleh actor yang memenuhi standar kecantikan yang sempit dan dangkal, sedangkan karakter yang kurang menarik secara fisik sering diberikan peran yang kurang signifikan atau bahkan dijadikan antagonis di dalam cerita. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi penonton, tentang nilai berdasarkan penampilan fisik mereka dalam memperkuat ide bahwa keberhasilan dan kebahagiaan dikaitkan dengan kecantikan fisik. fakta bahwa cerita dalam pop culture mengikuti tokoh utama yang memiliki moralitas baik, seringkali dikaitkan dengan wajah aktor yang bagus ini mendorong delusi sosial. di mana kita menjadikan cantik dan baik sebagai sinonim dan juga dapat menyebabkan standar kecantikan yang tidak realistis, dan meningkatkan tekanan pada individu untuk menyesuaikan diri dengan citra ideal tersebut, yang seringkali tidak dapat dicapai prosedur kosmetik atau bahkan editing.

Media sosial juga telah memperkuat lookism dengan menyediakan platform bagi individu untuk membagikan gambar diri yang sudah diedit sedemikian rupa selama berjam-jam. filter atau editing apps memungkinkan orang-orang untuk memodifikasi penampilan mereka agar sesuai dengan standar kecantikan yang sempit tadi, menciptakan tekanan untuk mempertahankan citra yang sempurna secara online, dan hal ini dapat mengakibatkan perbandingan sosial dan konstan, dan bahkan dapat merugikan kesejahteraan mental orang-orang yang menggunakan platform tersebut. exposure konstan terhadap citra kecantikan ideal dalam media menimbulkan harapan yang tidak realistis terhadap penampilan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Representasi yang seragam dan sempit tentang kecantikan dan pop culture di media menetapkan norma sosial tentang penampilan yang sulit penuhi oleh Kebanyakan orang. Hal ini dapat meningkatkan insidenlogisme dalam kehidupan sehari-hari di mana individu dinilai atau diperlakukan berbeda berdasarkan seberapa dekat mereka memenuhi standar kecantikan yang sempit ini.

Dampak psikologi

Ada sebuah karya seseorang penulis "the ugly duckling" cerita ini bermula ketika seekor anak bebek yang baru menetas dianggap jelek oleh teman-temannya di pertanian. dia dihina-hina, ditolak, dan diasingkan karena penampilannya yang berbeda. yang menyebabkan dia merasa tidak berharga dan terisolasi. dalam perjalanannya anak bebek ini menghadapi berbagai tantangan dan pengalaman yang menyakitkan, dia berusaha mencari tempat di mana dia bisa diterima dan dihargai namun terus-menerus menghadapi penolakan. Ini menggambarkan dengan akurat Bagaimana standar sosial atas kecantikan berpengaruh terhadap kesehatan internal seseorang, mempengaruhi bagaimana dia memandang dirinya sendiri dan orang lain. individu yang tidak memenuhi standar kecantikan tidak dihargai dan tidak diterima, dan individu yang menarik mengalami tekanan untuk tetap mempertahankan penampilan mereka agar terus dihargai atau diterima dalam masyarakat.

 Lookism dapat menyebabkan individu menginternalisasi standar kecantikan yang tidak realistis, menyebabkan persepsi diri yang negatif. mereka mungkin terobsesi dengan penampilan fisik mereka dan merasa tidak cukup baik, yang dapat mengarah pada gangguan citra tubuh dan harga diri yang rendah, dapat menyebabkan masalah psikologis yang lebih parah termasuk depresi kecemasan, dan gangguan makan. individu yang tidak memenuhi standar kecantikan konvensional seperti mereka yang memiliki berat badan lebih, fitur wajah yang tidak simetris, atau warna kulit yang berbeda sering menghadapi diskriminasi terhadap penampilan mereka. diskriminasi inilah yang bertanggung jawab dalam memperburuk perasaan tidak aman dan memperdalam masalah kesehatan mental.

 dan yang lebih parah dari ini adalah ketika pandangan fisik dijadikan dasar untuk mencintai seseorang, individu yang merasa tidak mencapai standar kecantikan tertentu akan merasa dirinya susah atau bahkan tidak akan pernah dicintai, dikarenakan dia tidak bisa lagi melihat di luar standar sosial akan kecantikan. individu yang walaupun awalnya peduli terhadap kebaikan, akhirnya melihat kecantikan sebagai aspek yang lebih penting dan berfokus menekan diri untuk mencapai standar tersebut agar bisa dicintai. "I was never cut out for prom queen, if I get more pretty, do you think he will like me?" Sangat menyedihkan melihat bagaimana cinta dikaitkan dengan kecantikan fisik, dari tekanan sosial menciptakan tekanan tidak sehat pada individu untuk terus-menerus berusaha memenuhi standar kecantikan yang seringkali tidak realistis, dan berubah-ubah dikarenakan apa yang kita anggap sebagai cantik, seringkali dibentuk oleh lingkungan sosial dan budaya kita, dan bukan suatu esensi universal melainkan hanyalah sebuah konstruksi sosial.

Penutup

Kita sebagai masyarakat harus bisa berhenti menilai seseorang berdasarkan fisik dan keadaan eksternalnya. dengan perbandingan standar kecantikan yang berubah-ubah tergantung pada persepsi sosial pada saat itu. kita sebagai masyarakat harus bisa membedakan apa itu kecantikan, dan apa itu kebaikan. jangan pernah menjadikan keduanya menjadi sinonim. Kita sebagai masyarakat haruslah bisa memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap seseorang yang memiliki nilai moral yang baik, dibandingkan dengan orang yang cuma sekedar berparas cantik. tetaplah ingat bahwa kecantikan yang sebenarnya berasal dari dalam diri bukan dari luar, dan ini bukan sekedar bentuk romantisme atau pandangan lain mengenai hal ini, tapi ini yang seharusnya kita capai, ini yang seharusnya menjadi tujuan kita sebagai masyarakat untuk memandang seseorang dengan nilai-nilai Internal yang mereka miliki.

 bukan hanya tampang eksternal yang kita bandingkan dengan standar sosial yang tidak bisa dicapai. Seperti yang dituliskan oleh Kahlil Gibran " beauty is not in the face, Beauty is Iight in the heart" Dan Epictetus juga berkata dalam bukunya discourses and selected writing bab 40 "pada usia 14 tahun, anak perempuan mulai disapa oleh laki-laki sebagai 'wanita', dari sini mereka menyimpulkan bahwa dunia tidak menghargai mereka selain potensi mereka sebagai pasangan seksual. Akibatnya, mereka menjadi sibuk dengan penampilan mereka dan mengesampingkan hal-hal lain. Mereka harus disadarkan bahwa mereka berhak disebut 'wanita' hanya sejauh mereka memupuk kesopanan dan harga diri"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun